Dalam dunia kalibrasi, Anak Timbang memegang peranan yang sangat penting. Anak Timbang atau sering disebut sebagai beban standar, adalah benda dengan massa yang sangat akurat dan presisi. Benda ini digunakan sebagai standar referensi dalam proses kalibrasi timbangan dan alat ukur massa lainnya.

 

Peran Anak Timbang dalam kalibrasi

            Anak Timbang digunakan dalam kalibrasi untuk :

  • Menentukan ketepatan timbangan
    Anak Timbang digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran timbangan dengan nilai massa yang diketahui. Dengan demikian, ketepatan timbangan dapat ditentukan dan dikoreksi jika diperlukan.
  • Menjamin ketertulusuran
    Anak Timbang yang digunakan dalam kalibrasi harus memiliki ketertelusuran ke standar massa nasional atau internasional. Hal ini memastikan bahwa hasil kalibrasi dapat dipertanggungjawabkan dan diakui secara global.
  • Memenuhi persyaratan standar
    Banyak standar industri dan regulasi yang mensyaratkan kalibrasi timbangan menggunakan Anak Timbang dengan kelas akurasi tertentu. Penggunaan Anak Timbang yang tepat memastikan bahwa timbangan memenuhi persyaratan ini.

 

Jenis-jenis Anak Timbang untuk kalibrasi

            Dalam dunia kalibrasi, Anak Timbang diklasifikasikan berdasarkan kelas akurasinya, yang diatur dalam standar internasional seperti OIML (Organisasi Internasional Metrologi Legal). Kelas akurasi yang umum digunakan dalam kalibrasi meliputi :

  • Kelas E1 dan E2
    Anak Timbang dengan akurasi tertinggi, digunakan untuk kalibrasi timbangan analitik dan timbangan dengan ketelitian sangat tinggi.
  • Kelas F1 dan F2
    Anak Timbang dengan akurasi tinggi, digunakan untuk kalibrasi timbangan laboratorium dan timbangan industri.
  • Kelas M1, M2, dan M3
    Anak Timbang dengan akurasi sedang, digunakan untuk kalibrasi timbangan industri dan timbangan perdagangan.

Satu hal lain yang juga perlu jadi pertimbangan adalah memastikan anak timbangan yang dibeli, tepat guna & berkualitas. Untuk keperluan pembelian anak timbangan, bisa melihat keterangannya disini 

 

Perawatan Anak Timbang

            Anak Timbang yang digunakan dalam kalibrasi harus dirawat dengan sangat hati-hati untuk menjaga keakuratannya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan Anak Timbang antara lain :

  • Penyimpanan
    Anak Timbang harus disimpan ditempat yang bersih, kering, dan bebas dari debu.
  • Penanganan
    Anak Timbang harus ditangani dengan pinset atau sarung tangan khusus untuk menghindari kontaminasi.
  • Kalibrasi Ulang
    Anak Timbang harus dikalibrasi ulang secara berkala untuk memastikan keakuratannya.

Jadi, Anak Timbang adalah komponen penting dalam sistem pengukuran massa dalam dunia kalibrasi. Ketepatan Anak Timbang sangat penting untuk memastikan hasil pengukuran yang akurat dan dapat diandalkan. Penggunaan Anak Timbang yang tepat dan perawatan yang baik sangat penting untuk memastikan ketepatan pengukuran massa dan memenuhi persyaratan standar.

 

Silahkan menghubungi kami untuk segala kebutuhan anak timbangan laboratorium anda.

Delima Scientific 
Your Trusted Partner For Laboratory Solutions

Question : Bagaimana cara menentukan interval / periode kalibrasi ?
Answer : Jangka waktu atau selang waktu kalibrasi perlu ditetapkan pada suatu instrumen
ukur. Secara umum selang / interval kalibrasi dapat ditentukan berdasarkan :
1. Jenis alat ukur
2. Frekuensi pemakaian
3. Stabilitas
4. Kondisi pemakaiaan
5. Batas kesalahan yang ada hubungannya dengan akurasi alat.

Selang kalibrasi biasanya dinyatakan dalam beberapa cara yaitu :
1. Dinyatakan dalam waktu kalender, misalnya 6 (enam) bulan sekali,atau 1 (satu) tahun sekali, dst.
2. Dinyatakan dalam waktu pemakaian, misalnya 1000 jam pakai, atau 5000 jam pakai, dst.
3. Kombinasi cara pertama dan kedua, misalnya 6 bulan atau 1000 jam pakai,tergantung mana yang lebih dulu tercapai.

Question : Apa itu kemampuan baca ulang ( Repeatability ) ?
Answer : Kemampuan baca ulang ( Repeatability ) adalah kemampuan untuk menghasilkan nilai yang sama dari hasil pengukuran yang dilakukan berulang dan identik (titik ukur dan waktu yang relatif sama). Semakin kecil perbedaan hasil pengukuran berulangnya semakin baik unjuk kerja dari instrumen ukur tersebut. Adapun dalam melakukan pengukuran berulang harus memenuhi persyaratan:
1. Menggunakan metode atau prosedur yang sama
2. Instrumen ukur yang digunakan sama
3. Ruang dan lokasi pengukuran sama
4. Dilakukan oleh observer atau personel yang sama
5. Pengulangan dilakukan dengan periode waktu yang pendek dan konsisten.

Sumber : https://www.scribd.com/doc/282341341/Modul-Ajar-Kalibrasi

Question : Apa tujuan dan manfaat kalibrasi ?

Answer : Tujuan dari kegiatan kalibrasi secara garis besar adalah :
1. Mencapai ketertelusuran pengukuran. Hasil pengukuran dapat dikaitkan / ditelusur sampai ke standar yang lebih tinggi /teliti (standar primer nasional dan internasional), melalui rangkaian perbandingan yang tak terputus.
2. Menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai penunjukan suatu instrument ukur terhadap nilai nominalnya atau definisi dimensi nasional yang seharusnya untuk suatu alat/bahan ukur
3. Menjamin hasil –hasil pengukuran sesuai dengan standar nasional dan internasional.
4. Menjamin dan meningkatkan nilai kepercayaan didalam proses pengukuran.

Manfaat dari kegiatan kalibrasi secara garis besar adalah :
1. Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai industri pada peralatan laboratorium dan produksi yang dimiliki.
2. Dengan melakukan kalibrasi, bisa diketahui seberapa jauh perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang ditunjukkan oleh alat ukur.
3. Secara umum menjaga kondisi instrument ukur/bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasinya.
4. Menjaga konsistensi mutu hasil produk yang dihasilkan.
5. Mengurangi kegagalan hasil produk.
6. Meningkatkan daya saing dalam pasar global.

Sumber : https://www.scribd.com/doc/282341341/Modul-Ajar-Kalibrasi

Instruksi kerja adalah pedoman yang telah dibakukan di suatu laboratorium dan digunakan oleh personil laboratorium dalam melaksanakan suatu pekerjaan secara benar sejak awal. Instruksi kerja menguraikan kegiatan operasional laboratorium dari salah satu prosedur yang bersifat teknis. Dengan kata lain, instruksi kerja merupakan suatu petunjuk yang detail atau rinci tentang bagaimana suatu proses atau prosedur dilaksanakan. Dengan demikian, tujuan dari instrusi kerja adalah sebagai pelengkap prosedur serta dapat membantu dalam proses pengendalian. Adapun bentuk instruksi kerja bisa berupa bagan alir, gambar, atau uraian tentang suatu kegiatan dan lain sebagainya.

Instruksi kerja dapat dibuat oleh personil laboratorium yang setiap hari melaksanakan kegiatan operasional yang bersangkutan, namun perlu bimbingan oleh atasan langsungnya. Hal ini disebabkan, tidak semua pelaksana suatu kegiatan operasional laboratorium mengetahui pelaksanaan yang baik dan benar. Mereka hanya melaksanakan berdasarkan pengalaman yang terbatas, sehingga bimbingan atasan langsung atau penyelia sangat diperlukan dalam penulisan secara benar.

Penulisan instruksi kerja yang baik meliputi, antara lain:
a) berisi tahapan kegiatan selangkah demi selangkah;
b) berisi penjelasan secara rinci setiap langkah beserta peralatan, dokumen penunjang dan lain-lain yang diperlukan;
c) sudah diuji coba untuk diterapkan.

Adapun unsur-unsur dalam penulisan instruksi kerja sebagaimana penulisan prosedur, yaitu sekurang-kurangnya berisi:
1) Tujuan
Memberikan gambaran atau informasi serta alasan dibuatnya instruksi kerja terkait;
2) Ruang lingkup
Menyebutkan penerapan, kegunaan dan pada bagian mana instruksi kerja harus dimplementasikan;
3) Acuan
Menyebutkan daftar referensi yang digunakan dalam instruksi kerja yang bersangkutan;
4) Definisi
Memberikan batasan istilah dan mendefinisikan kata-kata yang penting dalam instruksi kerja, jika diperlukan;
5) Tanggung jawab
Menyebutkan fungsi jabatan dalam posisi organisasi yang bertanggung jawab menerapkan instruksi kerja;
6) Tahapan
Menyebutkan tahap demi tahap secara detail tentang siapa, apa, kapan dan dimana segala aspek dalam instruksi kerja yang terkait dalam kegiatan operasional laboratorium dengan cara sistematis;
7) Rekaman
Menjabarkan segala sesuatu kegiatan yang harus direkam berkaitan dengan penerapan instruksi kerja yang bersangkutan termasuk waktu simpan rekaman serta personil yang harus memusnahkannya;
8) Lampiran
Menjabarkan sistem pemeliharaan instruksi kerja yang disimpan dalam bentuk elektronik atau cetakan serta contoh-contoh formulir atau dokumen pendukung terkait yang harus diacu.

Sumber :
https://www.infolabling.com

“bagaimana cara menentukan toleransi alat jika alat tersebut benar2 baru dan baru akan dikalibrasi?”

Sebelum membahas “bagaimana menentukan toleransi alat ukur”, kita bahas dulu makna “toleransi”.

Tolerate yang menjadi akar kata tolerance (toleransi), oleh New Oxford American Dictionary diartikan kira-kira “mampu menanggung sesuatu (yang buruk) tanpa efek buruk”. Kalau diartikan lebih bebas, toleransi berarti: kemampuan menerima suatu penyimpangan (dari kondisi ideal) tanpa terjadinya efek yang buruk.

Dalam dunia industri, toleransi merupakan bagian dari spesifikasi suatu produk. Dalam konteks ini, toleransi dapat diartikan “besarnya perbedaan antara kondisi aktual dibandingkan kondisi ideal, sejauh bahwa perbedaan tersebut tidak sampai mengakibatkan kegagalan fungsi maupun penurunan fungsi yang signifikan”. Misalkan sebuah komponen mesin mempunyai spesifikasi ukuran 90 mm dengan toleransi ±0,1 mm. Ini berarti bahwa komponen tersebut masih dapat berfungsi dengan baik asalkan ukurannya di antara 89,9 mm dan 90,1 mm.

Setelah melalui proses produksi, hasil yang diharapkan adalah suatu produk yang memiliki ukuran atau sifat-sifat lain sesuai spesifikasi dan toleransi yang telah ditetapkan. Karena itu dilakukan pengujian mutu terhadap produk tersebut, dengan cara melakukan pengukuran. Hasil pengukuran dibandingkan dengan spesifikasi tadi. Jika hasil pengukuran menunjukkan bahwa produk tersebut mempunyai ukuran sesuai dengan spesifikasi, maka produk tersebut dinyatakan “sesuai dengan spesifikasi”.

Di dalam proses pengukuran tadi, terdapat sumber-sumber ketidakpastian pengukuran, sehingga hasil pengukuran pun mempunyai nilai ketidakpastian pengukuran. Maka dalam paradigma terbaru, penilaian kesesuaian (conformity assessment) harus memperhitungkan nilai ketidakpastian dan nilai pengukuran. Suatu produk baru dapat dikatakan “sesuai dengan spesifikasi” jika memenuhi ketentuan:

E + U ≤ T

dengan:

  • E = penyimpangan dari spesifikasi (absolut)
  • U = nilai ketidakpastian pengukuran (pada tingkat kepercayaan 95 persen)
  • T = toleransi untuk produk tersebut (absolut)

Dengan kata lain, nilai ketidakpastian pengukuran harus lebih kecil daripada toleransi yang diberikan untuk produk yang diukur. Idealnya nilai ketidakpastian pengukuran besarnya sepersepuluh dari toleransi, atau dalam kondisi terburuk, nilai ketidakpastian pengukuran diharapkan tidak lebih dari sepertiga toleransi.

Uraian di atas menunjukkan bahwa “toleransi” berkaitan dengan produk yang diukur, bukan dengan alat ukurnya. Untuk alat ukur, VIM (kosakata metrologi internasional) 2008 memberikan istilah maximum permissible error (MPE). Antara MPE dan toleransi memang ada kesamaan makna, tetapi dianjurkan untuk tidak dicampuraduk.

Kembali ke proses di atas, maka seharusnya urutan yang benar adalah:

  • spesifikasi dan toleransi (T1) untuk sebuah produk ditetapkan;
  • pengukuran terhadap produk tersebut dilakukan dengan sistem pengukuran yang mempunyai ketidakpastian pengukuran (U1) cukup kecil dibandingkan toleransi T1;
  • alat ukur yang dipakai dalam sistem pengukuran tersebut dikalibrasi menggunakan sistem kalibrasi yang dapat memberikan nilai ketidakpastian pengukuran (U2) lebih kecil daripada U1;
  • dan seterusnya.

Jadi, pada saat kita akan mengalibrasi alat ukur, harus sudah jelas dulu berapa MPE (bukan toleransi) untuk alat ukur tersebut. Baru kita mengevaluasi ketidakpastian pengukuran dari kalibrasi tersebut, supaya kita bisa menilai apakah ketidakpastian pengukuran tersebut memadai (cukup kecil) dibandingkan MPE-nya.

Ibaratnya, kalau mau mengemudikan sebuah kendaraan, tentukan dulu tujuannya! Jangan mulai menjalankan kendaraan kalau kita belum tahu ke mana tujuannya. “Toleransi objek ukur” adalah tujuan yang ingin dicapai; pengukuran atau kalibrasi alat ukur dan evaluasi ketidakpastian adalah cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Sumber :

http://u.lipi.go.id/1319419519

 

  1. Simpan anak timbangan pada kemasan aslinya (jika tersedia).
    Umumnya anak timbangan dikemas dari pabrik menggunakan kotak yang dirancang untuk menjaga kondisi anak timbangan agar tetap baik. Jauhkan dari debu dan kelembaban yang tinggi.
  2. Hindari memegang anak timbangan dengan tangan secara langsung
    Keringat dan zat lain yang menempel di tangan dapat menimbulkan korosi pada anak timbangan. Sebaiknya gunakan sarung tangan yang halus atau alat bantu yang sesuai (pinset non magnetik
  3. Perlakukan dengan hati-hati. Hindari terjadinya goresan pada anak timbangan.
    Goresan-goresan pada anak timbangan lambat laun dapat membuatnya keluar dari spesifikasi yang ditetapkan. Misal ketika baru dibeli, anak timbangan masih masuk spesifikasi kelas E2. Namun karena penggunaan yang tidak hati-hati , bisa saja nilainya tidak sesuai dengan spesifikasi kelas E2 lagi.
  4. Bersihkan dengan kuas dan kain yang halus.
    Bersamaan dengan proses pembersihan, secara berkala, periksa kondisi anak timbangan apakah terdapat karat, jejak telapak tangan ataupun goresan. Gunakan kaca pembesar jika diperlukan untuk melakukan pengamatan
  5. Jangan membersihkan anak timbangan menggunakan cairan kimia yang keras
    Sebelum kalibrasi, debu dan partikel pengotor harus dibersihkan dengan hati-hati jangan sampai mengubah sifat permukaan dari massa standar. Jika ada kotoran yang sulit dibersihkan maka gunakan alkohol, air destilasi atau solven lainya. Setelah pembersihan harus di stabilkan dalam waktu tertentu. Cairan pembersih yang keras dapat mengikis lapisan luar anak timbangan sehingga nilai massa-nya dapat berkurang dari spesifikasi yang seharusnya.

6. Lakukan kalibrasi anak timbangan secara berkala pada lab. kalibrasi yg terakreditasi
Pastikan laboratorium kalibrasi yang akan melakukan kalibrasi anak timbangan Anda benar-benar kompeten dengan bukti akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN).

      

 

 Sumber :

https://almeganews.wordpress.com

 

Question : Dalam kalibrasi peralatan volumetri diperhitungkan adanya koefisien muai ruang beberapa material  alat volumetri. Apabila kita menggunakan ASTM E 542 ada di tabel X1.3, yang jadi pertanyaan, dari manakah kita bisa mengetahui material peralatan volumetri tersebut?

Answer : Memang betul ASTM E542 mencantumkan beberapa jenis bahan kaca utk alat gelas. Jangan khawatir keliru krn alat gelas pada umumnya jenis kaca soda lime dan borosilikat. Jika boro silikat, maka biasanya tertulis pada dinding alat gelas. Jika polos maka soda lime.
Tidak ada salahnya juga browsing ke website pembuat alat gelas utk lebih pasti atau lihat catalognya.

Question : Sebagian alat gelas kadang menyertakan kode “A” atau “B”, apakah kode tersebut ada kaitannya dengan material pembuatnya?
Catatan: dalam tabel X1.3 ASTM E 542 disebutkan beberapa material:
1. Fused silica (quartz)
2. Borosilicate glass (A)
3. Borosilicate glass (B)
4. Soda-lime glass
5. Polypropylene plastic
6. Polycarbonate plastic
7. Polystyrene plastic

Answer : Masalah grade A dan B tidak terkait dengan bahan dasar, melainkan toleransi.Grade A mempunyai toleransi lebih kecil daripada grade B.

 

Sumber : Forum kalibrasi

Kalibrasi pH meter dilakukan secara rutin, setiap kali akan menggunakan. Agar alat senantiasa terkalibrasi, perlu dilakukan perawatan terhadap alat tersebut secara rutin.

Tips Pemeliharaan :
1. Mengganti baterai dilakukan jika pada layar muncul tulisan low battery
2. Pembersihan elektroda bisa dilakukan berkala setiap minimal 1 minggu sekali.
3. Ketika tidak dipakai, elektroda utama bagian gelembung gelasnya harus selelu berada pada keadaan lembab.
4. Ketika disimpan, pH meter tidak boleh berada pada suhu ruangan yang panas karena akan menyebabkan sensor     suhu pada alat cepat rusak.
5. Setelah digunakan, pastikan elektroda bersih dari sampel yang telah diuji.
6. Pastikan alat pH meter dalam kondisi bersih dan kering setelah digunakan

Troubleshooting yang sering ditemukan pada pH meter dan solusi :

Sumber :
https://almeganews.wordpress.com

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat akurasi dari hasil penimbangan pada penggunaan timbangan. Beberapa diantaranya adalah :

1. Perubahan Suhu
Jika sampel yang ditimbang tidak berada pada suhu yang sama dengan suhu ruang dan suhu timbangan, maka akan terbentuk aliran udara pada permukaan sampel. Aliran udara tersebut akan menyebabkan terjadinya gesekan antara permukaan sampel dengan udara sekitar, sehingga sampel yang ditimbang akan menjadi lebih berat atau lebih ringan dari berat sebenarnya. Terjadinya hal ini dapat mengurangi repetabilitas dan akurasi dari sistem penimbangan.
Untuk menghindari terjadinya hal ini, disarankan untuk menimbang sampel yang memiliki suhu yang sama dengan timbangan dan suhu ruangan. Jika temperatur sampel berbeda dengan sampel ruangan, maka disarankan untuk membiarkan sampel menyesuaikan dengan suhu sekitarnya sebelum sampel ditimbang, agar hasil penimbangannya akurat.

2. Perubahan Tekanan dan Aliran Udara
Aliran udara disekitar timbangan pada saat menimbang suatu sampel dihasilkan oleh perbedaan tekanan dan gesekan udara yang dapat diakibatkan oleh penggunaan pendingin ruangan (AC) atau frekuensi dibuka dan ditutupnya pintu ruangan menimbang, yang menyebabkan terjadinya fluktuasi tekanan udara.
Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya akurasi dari sistem penimbangan, dan akan mempengaruhi hasil penimbangan. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi pengaruh udara pada hasil menimbang adalah dengan membelokkan aliran udara dari pendingin ruangan (AC) sehingga tidak mengarah langsung pada timbangan dan area disekitarnya. Timbangan dengan kaca pelindung juga dapat digunakan, agar aliran udara tidak mempengaruhi proses penimbangan. Jika memungkinkan, gunakanlah wadah yang kecil untuk menimbang sampel untuk mengurangi gesekan udara.

3. Radiasi Panas
Radiasi panas dapat mengganggu kesetaraan suhu pada timbangan dan dapat menyebabkan kesalahan pembacaan. Umumnya, radiasi panas ini disebabkan oleh sinar matahari langsung yang masuk ke ruangan menimbang. Sumber panas lainnya, seperti lampu dan radiator, bahkan suhu pengguna timbangan, dapat menyebabkan radiasi panas pada timbangan.
Oleh karena itu, disarankan untuk meletakkan timbangan di tempat terlindungi dari radiasi cahaya panas langsung (matahari, lampu, dan sebagainya) untuk memperkecil pengaruh radiasi panas pada timbangan. Pada saat mengoperasikan timbangan, pengguna juga disarankan untuk menggunakan jas laboratorium untuk mengurangi radiasi terhadap timbangan yang dapat mempengaruhi hasil akhir menimbang.

4. Getaran
Getaran, baik yang bersifat translasi maupun rotasi, yang terjadi disekitar timbangan dapat menyebabkan deviasi pada hasil penimbangan. Umumnya, semakin kecil daya baca suatu timbangan, maka semakin mudah terpengaruh oleh getaran, dan hasilnya adalah berkurangnya akurasi timbangan, bahkan dapat menyebabkan kesalahan penimbangan, yang akan berpengaruh langsung pada kualitas produk yang dihasilkan. Untuk menghindari getaran pada saat menimbang, dianjurkan untuk meletakkan timbangan di ruangan tenang, dan jika memungkinkan, diletakkan di atas meja timbang yang sudah didesain spesifik untuk mengurangi getaran.

5. Medan Magnet
Gaya magnet dapat terjadi diantara dua obyek jika salah satu dari kedua obyek tersebut bermuatan magnet dan obyek lainnya dapat ditembus oleh gaya magnet tersebut atau jika kedua obyek bermuatan magnet. Medan magnet juga dapat dihasilkan oleh penggunaan pengaduk magnet (magnet stirrer) pada saat menimbang. Timbulnya medan magnet disekitar timbangan atau pada saat menimbang dapat dihindari dengan tidak menggunakan wadah menimbang yang dapat tertarik oleh medan magnet. Pencegah medan magnet dapat diletakkan diantara permukaan menimbang dan sampel yang akan ditimbang untuk mengurangi pengaruh medan magnet.

6. Gaya Gravitasi
Hasil penimbangan akan berbeda apabila dilakukan pada titik ketinggian yang berbeda, karena pada proses penimbangan suatu sampel, timbangan akan mengukur gaya antara gravitasi bumi dengan berat sampel yang ditimbang. Gaya berat ini tergantung pada ketinggian dari lokasi menimbang dan jarak antara timbangan dengan pusat bumi. Semakin jauh jarak antara lokasi menimbang dengan pusat bumi, maka semakin kecil pengaruh gaya gravitasi yang mempengaruhi proses penimbangan sampel. Semakin dekat lokasi menimbang dengan garis khatulistiwa, maka semakin besar gaya akselerasi sentrifugal akibat rotasi bumi.
Adanya akselesari sentrifugal tersebut akan berlawanan dengan gaya gravitasi bumi, sehingga akan memperkecil pengaruh gaya gravitasi terhadap proses penimbangan. Untuk mengurangi pengaruh gravitasi bumi terhadap hasil penimbangan, maka perlu dilakukan kalibrasi terhadap timbangan sebelum digunakan dan timbangan yang telah dipindah tempat.

Sumber :
https://almeganews.wordpress.com

Centrifuge sebagai instrumen yang sering dijumpai di laboratorium tentunya memerlukan perawatan yang baik agar dapat bekerja dengan optimal. Namun seiring dengan berjalannya waktu beberapa parameter seperti rpm dan timer akan mengalami deteriorasi sehingga menimbulkan simpangan-simpangan dalam prakteknya.

Berikut tips sebelum mengkalibrasi centrifuge :

Sebelum mengkalibrasi centrifuge anda, pastikan terlebih dahulu anda telah merawat centrifuge dengan baik :
1. Penempatan tabung dalam centrifuge harus memperhatikan faktor keseimbangan. Penempatan tabung yang tidak
seimbang dalam rotor dapat mengganggu pembentukan sedimen pada sampel hingga menyebabkan kerusakan pada poros
rotor.
2. kebersihan chamber centrifuge juga perlu dijaga dari tumpahan dan sisa sampel, kotoran yang tersisa setelah
proses sentrifugasi dapat dibersihkan dengan kain microfiber

Cara membersihkan Centrifuge :

1. Buka penutup centrifuge dan buka Rotor secara perlahan dan hati-hati, kemudian bersihkan bagian luar dan
dalam centrifuge dengan menggunakan pembersih khusus (Cleaning Solution / Neutral Detergent).

2. Pastikan semua sudut dan bagian tersempit terjangkau oleh anda, untuk menghilangkan kotoran yang menumpuk
pada satu titik tertentu yang cukup sulit dijangkau, bersihkan juga rotor yang sudah dilepas

3. Dalam kondisi tertentu seperti penumpukan garam (kristal) atau ada bercak sampel yang sulit hilang, jangan
ragu untuk membersihkannya dengan sabun dan sikat lembut.

4. Penumpukan garam atau kristal pada rotor atau pada permukaan logam di centrifuge dapat menyebabkan karat dan
tentunya mengurangi masa pakai komponen tersebut. Setelah dicuci, kemudian bilas dengan aquades, setelah itu
dikeringkan. Kalau centrifuge yang anda gunakan rutin dipakai untuk bahan bahan yang infeksius, maka perlu
diberikan desinfektan, tepatnya setelah dikeringkan, kemudian seluruh bagian centrifuge diseka dengan
menggunakan Alkohol 70%. Caranya dengan menyiapkan kain lembut yang kering, setelah itu tuang sedikit alkohol
70% sampai kain agak lembab, dan usapkan ke seluruh permukaan centrifuge, rotor, dll.

5. Tahap terakhir yaitu lubrikasi, kita perlu menambahkan kembali cairan atau gel pelumas pada tempat tempat
yang rentan bergesekan.

6. Setelah semua sudah terlumaskan dengan baik,pasang kembali komponen-komponen tersebut ke tempatnya,
pastikan semua baut atau pengunci sudah terpasang dengan benar dan kencang.

Sumber :
https://almeganews.wordpress.com