Mengapa Kalibrasi Pressure Gauge Itu Penting

Pressure gauge atau alat ukur tekanan merupakan instrumen vital di berbagai industri — mulai dari otomotif, manufaktur, migas, hingga laboratorium pengujian. Alat ini membantu memastikan tekanan dalam sistem tetap pada batas aman dan efisien.

Namun, seiring waktu, akurasi pressure gauge dapat menurun akibat faktor seperti getaran, perubahan suhu, atau penggunaan berulang. Di sinilah kalibrasi berperan penting untuk menjamin hasil pengukuran yang tetap akurat dan andal.

Kalibrasi tidak hanya menjaga keakuratan alat, tetapi juga membantu memenuhi standar mutu seperti ISO 9001, ISO/IEC 17025, dan regulasi industri lainnya.

Apa Itu Kalibrasi Pressure Gauge

Kalibrasi pressure gauge adalah proses membandingkan hasil pembacaan alat ukur tekanan dengan standar acuan yang telah dikalibrasi dan memiliki ketertelusuran (traceable) ke standar nasional atau internasional.
Tujuannya adalah untuk mengetahui deviasi (selisih) antara nilai yang ditunjukkan alat dengan nilai sebenarnya.

Jika hasil perbandingan menunjukkan perbedaan signifikan di luar batas toleransi, maka alat perlu disesuaikan (adjustment) atau dikirim untuk servis ulang.

Peralatan yang Diperlukan

Sebelum melakukan kalibrasi, pastikan semua peralatan berikut tersedia dan dalam kondisi baik:

Peralatan Fungsi
Pressure Calibrator / Dead Weight Tester Sebagai standar acuan tekanan yang memiliki akurasi tinggi
Selang dan konektor Menghubungkan alat uji (UUT) dengan alat standar
Pressure Gauge yang akan dikalibrasi (UUT) Unit Under Test, alat yang diuji akurasinya
Valve pengatur tekanan Mengatur kenaikan atau penurunan tekanan dengan halus
Data sheet / form kalibrasi Untuk mencatat hasil pembacaan dan perbandingan

Persiapan Sebelum Kalibrasi

Sebelum memulai proses kalibrasi, lakukan beberapa langkah persiapan berikut:

  1. Periksa kondisi alat:
    • Pastikan pressure gauge tidak retak, rusak, atau bocor.
    • Cek jarum indikator bergerak bebas dan tidak macet.
  2. Stabilkan lingkungan:
    • Suhu ruangan ideal berada di kisaran 20–25°C.
    • Hindari getaran dan hembusan angin yang dapat mempengaruhi pembacaan.
  3. Pastikan alat standar telah terkalibrasi:
    • Standar kalibrasi (pressure calibrator atau dead weight tester) harus memiliki sertifikat kalibrasi yang masih berlaku dan tertelusur ke standar nasional/internasional.

Langkah-Langkah Kalibrasi Pressure Gauge

Berikut adalah langkah-langkah kalibrasi pressure gauge yang umum digunakan di laboratorium maupun di lapangan:

Langkah 1: Hubungkan Alat Uji dan Standar

  • Sambungkan pressure gauge yang akan dikalibrasi (UUT) ke alat standar menggunakan selang dan konektor yang sesuai.
  • Pastikan tidak ada kebocoran pada sambungan.

Langkah 2: Atur Titik Nol

  • Sebelum tekanan diaplikasikan, pastikan jarum gauge berada tepat di angka nol.
  • Jika tidak, lakukan penyetelan posisi nol.

Langkah 3: Terapkan Tekanan Secara Bertahap

  • Naikkan tekanan secara perlahan menggunakan valve atau pompa pengatur tekanan.
  • Lakukan pengujian pada beberapa titik pembacaan, misalnya 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100% dari rentang maksimum alat.

Langkah 4: Catat Hasil Pembacaan

  • Pada setiap titik tekanan, catat nilai yang terbaca pada alat standar dan pressure gauge uji.
  • Lakukan proses ini dua arah (naik dan turun) untuk melihat apakah ada histeresis (perbedaan pembacaan saat tekanan naik dan turun).

Langkah 5: Analisis Deviasi

  • Hitung selisih antara alat uji dan standar pada setiap titik pengukuran.
  • Bandingkan dengan batas toleransi yang ditentukan (biasanya ±1% dari full scale atau sesuai spesifikasi pabrikan).

Langkah 6: Penyesuaian (Jika Diperlukan)

  • Jika hasil kalibrasi menunjukkan deviasi di luar batas, lakukan adjustment pada alat (jika memungkinkan).
  • Setelah disesuaikan, ulangi proses kalibrasi untuk memastikan hasilnya sudah akurat.

Langkah 7: Dokumentasi dan Sertifikat

  • Semua data pengukuran dicatat dalam form kalibrasi.
  • Hasil akhir dituangkan dalam Sertifikat Kalibrasi, yang berisi:
    • Identitas alat (merek, model, nomor seri)
    • Hasil pengukuran dan deviasi
    • Ketidakpastian pengukuran
    • Tanggal dan lokasi kalibrasi
    • Nama teknisi dan penanggung jawab

Tips untuk Pemula

  • Lakukan dengan hati-hati: Hindari memberikan tekanan terlalu cepat karena dapat merusak gauge.
  • Gunakan fitting yang sesuai: Fitting yang tidak tepat bisa menyebabkan kebocoran dan hasil kalibrasi tidak akurat.
  • Catat semua hasil: Dokumentasi yang baik membantu melacak performa alat dari waktu ke waktu.
  • Kalibrasi secara berkala: Minimal setahun sekali atau sesuai intensitas pemakaian.

Kalibrasi pressure gauge bukan sekadar prosedur teknis, tetapi merupakan tindakan preventif untuk memastikan keamanan, efisiensi, dan keakuratan sistem kerja.
Dengan memahami langkah-langkah kalibrasi, bahkan pemula pun dapat melakukan proses ini dengan benar dan aman.

Kalibrasi yang rutin dan tepat akan memperpanjang umur alat, mengurangi risiko kesalahan pengukuran, serta meningkatkan kepercayaan terhadap hasil yang diperoleh.

Silahkan menghubungi kami untuk segala kebutuhan laboratorium anda.
Delima Scientific (https://linktr.ee/delimascientific)
Your Trusted Partner For Laboratory Solutions

Pentingnya Stabilitas Tekanan dalam Kalibrasi

Dalam proses kalibrasi tekanan, salah satu faktor terpenting yang sering menentukan akurasi hasil adalah stabilitas tekanan. Banyak teknisi pemula hanya fokus pada pembacaan angka alat, padahal tanpa tekanan yang stabil, hasil kalibrasi bisa berfluktuasi, tidak konsisten, bahkan menyesatkan.

Menjaga tekanan tetap stabil selama uji kalibrasi berarti memastikan alat standar dan alat uji (Unit Under Test / UUT) membaca nilai tekanan yang sama dalam waktu tertentu — tanpa perubahan yang signifikan. Inilah fondasi dari hasil kalibrasi yang akurat, repeatable, dan dapat dipercaya.

Apa Itu Stabilitas Tekanan

Stabilitas tekanan adalah kondisi di mana nilai tekanan yang diterapkan pada sistem tetap konstan dalam jangka waktu tertentu, dengan fluktuasi yang sangat kecil (biasanya di bawah ±0,01% dari skala penuh).

Dalam konteks kalibrasi, stabilitas berarti:

  • Tekanan tidak berubah signifikan selama pengambilan data.
  • Alat standar dan UUT menunjukkan pembacaan yang relatif sama.
  • Tidak ada perubahan cepat akibat suhu, getaran, atau kebocoran.

Jika tekanan tidak stabil, hasil kalibrasi akan memiliki deviasi yang besar dan tidak bisa dipercaya.

Faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Tekanan

Menjaga tekanan tetap stabil bukan hanya soal alat kalibrator yang canggih. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi kestabilannya:

a. Kualitas Sistem dan Koneksi
  • Sambungan (fitting) yang tidak rapat bisa menyebabkan kebocoran mikro yang menurunkan tekanan secara perlahan.
  • Gunakan selang dan konektor berkualitas tinggi dengan seal (O-ring) yang masih baik.
b. Suhu dan Lingkungan
  • Perubahan suhu menyebabkan ekspansi udara atau cairan dalam sistem, yang dapat mengubah tekanan.
  • Idealnya, suhu ruang kalibrasi dijaga stabil pada 20–25°C dengan kelembapan terkendali.
c. Kecepatan Aplikasi Tekanan
  • Tekanan yang dinaikkan terlalu cepat bisa memicu overshoot (tekanan melonjak sesaat) dan butuh waktu untuk kembali stabil.
  • Naikkan tekanan secara perlahan dan bertahap hingga mencapai titik yang diinginkan.
d. Volume Sistem Tekanan
  • Semakin besar volume udara di dalam sistem, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kestabilan.
  • Minimalkan volume sistem dengan menggunakan pipa atau selang berdiameter kecil bila memungkinkan.
e. Kinerja Kalibrator
  • Kalibrator atau pompa tekanan yang kurang presisi sulit mempertahankan nilai konstan.
  • Gunakan pressure calibrator atau dead weight tester dengan spesifikasi stabilitas tinggi.

Langkah-Langkah Menjaga Stabilitas Tekanan Selama Kalibrasi

Berikut panduan praktis untuk menjaga tekanan tetap stabil selama proses kalibrasi:

1. Periksa Kebocoran Sebelum Memulai

  • Setelah semua koneksi terpasang, lakukan uji kebocoran dengan menahan tekanan selama 1–2 menit.
  • Jika tekanan turun, periksa kembali sambungan, seal, atau fitting yang mungkin longgar.

2. Gunakan Regulator Tekanan Halus

  • Regulator atau valve dengan pengaturan halus membantu menstabilkan tekanan.
  • Hindari penggunaan valve kasar yang membuat tekanan naik turun secara tiba-tiba.

3. Tunggu Hingga Tekanan Benar-Benar Stabil

  • Setelah mencapai titik tekanan target, tunggu beberapa detik hingga pembacaan di alat standar dan UUT berhenti bergerak.
  • Baru setelah itu lakukan pencatatan hasil.

4. Lakukan Pembacaan Ganda (Naik dan Turun)

  • Lakukan pembacaan tekanan saat naik dan saat turun untuk memeriksa ada tidaknya histeresis.
  • Tekanan yang stabil seharusnya menunjukkan hasil yang konsisten pada kedua arah.

5. Gunakan Sistem Penyangga Anti-Getar

  • Getaran meja kerja atau pompa dapat menyebabkan fluktuasi kecil pada tekanan.
  • Gunakan meja anti-getar atau letakkan kalibrator di permukaan stabil.

6. Hindari Gangguan Lingkungan

  • Hindari kipas, ventilasi, atau sumber panas langsung di dekat alat kalibrasi.
  • Getaran mesin di sekitar juga bisa mempengaruhi pembacaan.

Tanda Tekanan Tidak Stabil

Beberapa tanda umum tekanan tidak stabil selama kalibrasi antara lain:

  • Jarum pressure gauge bergetar atau bergerak naik-turun cepat.
  • Pembacaan digital pada alat kalibrator berubah terus-menerus.
  • Perbedaan signifikan antara pembacaan saat naik dan turun.
  • Butuh waktu lama untuk tekanan kembali ke nilai target setelah diatur.

Jika hal ini terjadi, jangan lanjutkan pencatatan hasil. Periksa sumber ketidakstabilan terlebih dahulu sebelum melanjutkan.

Manfaat Menjaga Stabilitas Tekanan

Dengan tekanan yang stabil, Anda akan mendapatkan:

  • Hasil kalibrasi yang lebih akurat dan konsisten.
  • Ketidakpastian pengukuran lebih kecil.
  • Proses kalibrasi lebih efisien (tidak perlu pengulangan).
  • Umur alat lebih panjang karena tidak dipaksa bekerja pada tekanan fluktuatif.

Menjaga stabilitas tekanan saat uji kalibrasi adalah kunci utama dalam mendapatkan hasil yang valid dan terpercaya. Tekanan yang stabil tidak hanya meningkatkan akurasi, tetapi juga membantu menjaga keandalan sistem kalibrasi secara keseluruhan.

Dengan menerapkan langkah-langkah sederhana seperti pemeriksaan kebocoran, pengaturan tekanan bertahap, dan kontrol lingkungan yang baik, Anda dapat memastikan proses kalibrasi berjalan stabil, akurat, dan sesuai standar.

Silahkan menghubungi kami untuk segala kebutuhan laboratorium anda.
Delima Scientific (https://linktr.ee/delimascientific)
Your Trusted Partner For Laboratory Solutions

Mengapa Pengukuran Tekanan Itu Penting

Dalam berbagai bidang industri — mulai dari manufaktur, otomotif, hingga kalibrasi alat — pengukuran tekanan merupakan parameter penting yang menentukan kualitas dan keamanan proses. Namun, banyak orang masih keliru membedakan jenis-jenis tekanan yang umum digunakan: tekanan absolut, gauge, dan diferensial.
Memahami perbedaan ketiganya sangat penting agar tidak terjadi kesalahan interpretasi hasil pengukuran atau kalibrasi alat.

1.  Tekanan Absolut (Absolute Pressure)

Tekanan absolut adalah tekanan yang diukur terhadap tekanan nol mutlak (vakum sempurna). Artinya, titik acuannya adalah kondisi di mana tidak ada molekul udara sama sekali.

Rumus: Tekanan Absolut = Tekanan Gauge + Tekanan Atmosfer

Contoh:
Jika tekanan udara di ruangan adalah 1 atm (101,325 Pa) dan alat menunjukkan tekanan gauge sebesar 2 bar, maka tekanan absolutnya adalah:

2 bar + 1,01325 bar = 3,01325 bar (absolut)

Ciri khas:

  • Digunakan pada sistem tertutup atau vakum.
  • Penting untuk aplikasi ilmiah dan perhitungan termodinamika.
  • Satuan yang sering digunakan: Pa abs, bar abs, atau psia (pounds per square inch absolute).

Contoh penggunaan:

  • Pengukuran tekanan dalam sistem vakum.
  • Pengujian ruang hampa udara.
  • Kalibrasi alat ukur tekanan di laboratorium.

2. Tekanan Gauge (Gauge Pressure)

Tekanan gauge adalah tekanan yang diukur relatif terhadap tekanan atmosfer. Ini berarti nilai nol pada alat ukur gauge menunjukkan tekanan yang sama dengan tekanan atmosfer.

Rumus: Tekanan Gauge = Tekanan Absolut – Tekanan Atmosfer

Ciri khas:

  • Umumnya digunakan pada alat pengukur tekanan (seperti manometer atau pressure gauge) yang kita jumpai sehari-hari.
  • Menunjukkan berapa besar tekanan lebih tinggi atau lebih rendah dibanding tekanan udara sekitar.
  • Satuan umum: Pa (gauge), bar(g), psi(g).

Contoh penggunaan:

  • Pompa ban mobil (menunjukkan tekanan di atas atmosfer).
  • Sistem hidrolik dan pneumatik.
  • Tabung gas bertekanan.

Catatan:
Jika tekanan di bawah tekanan atmosfer, maka nilai gauge bisa negatif. Ini disebut
vacuum gauge pressure.

3. Tekanan Diferensial (Differential Pressure)

Tekanan diferensial adalah selisih antara dua tekanan yang diukur pada dua titik berbeda dalam suatu sistem. Tekanan ini menunjukkan perbedaan tekanan antar sisi — bukan terhadap atmosfer atau vakum.

Rumus: Tekanan Diferensial = Tekanan A – Tekanan B

Ciri khas:

  • Sangat berguna dalam sistem yang memerlukan pengukuran selisih tekanan untuk mengontrol aliran fluida atau gas.
  • Satuan sama dengan tekanan lainnya, misalnya Pa, bar, atau psi.

Contoh penggunaan:

  • Mengukur perbedaan tekanan di filter udara atau cairan (untuk menentukan kapan filter perlu diganti).
  • Sistem HVAC (Heating, Ventilation, and Air Conditioning).
  • Pengukuran laju aliran fluida menggunakan orifice plate atau venturi tube.

Perbandingan Singkat

 

Jenis Tekanan Titik Acuan Contoh Aplikasi Satuan Umum
Absolut Vakum sempurna (0 Pa) Sistem vakum, laboratorium Pa abs, bar abs, psia
Gauge Tekanan atmosfer Pompa, tabung gas Pa, bar(g), psi(g)
Diferensial Dua titik dalam sistem Filter, pipa aliran, HVAC Pa, bar, psi

Menentukan jenis tekanan yang tepat sangat penting dalam desain, pengujian, dan kalibrasi alat.

  • Gunakan tekanan absolut untuk perhitungan ilmiah atau sistem vakum.
  • Gunakan tekanan gauge untuk aplikasi umum di mana perbandingan terhadap atmosfer diperlukan.
  • Gunakan tekanan diferensial saat perlu mengetahui perbedaan tekanan antara dua titik dalam sistem.

Dengan memahami perbedaan ketiganya, Anda dapat memastikan pengukuran yang lebih akurat, konsisten, dan sesuai dengan standar kalibrasi.

Silahkan menghubungi kami untuk segala kebutuhan laboratorium anda.
Delima Scientific (https://linktr.ee/delimascientific)
Your Trusted Partner For Laboratory Solutions

Menentukan rentang suhu yang tepat sebelum kalibrasi merupakan langkah penting untuk memastikan hasil kalibrasi yang akurat dan relevan dengan kondisi penggunaan alat. Banyak pengguna alat ukur suhu — seperti termometer digital, sensor suhu, atau data logger — belum menyadari bahwa kesalahan dalam menentukan rentang suhu dapat menyebabkan hasil kalibrasi tidak representatif terhadap kondisi sebenarnya di lapangan.

Artikel ini membahas secara rinci bagaimana cara menentukan rentang suhu yang ideal untuk proses kalibrasi serta faktor-faktor penting yang perlu dipertimbangkan.

1. Pahami Fungsi dan Aplikasi Alat Ukur Suhu

Langkah pertama adalah memahami konteks penggunaan alat. Misalnya:

  • Termometer ruang laboratorium: biasanya bekerja di kisaran 18°C–28°C.
  • Sensor suhu industri: mungkin beroperasi antara 0°C–120°C.
  • Termometer freezer: digunakan pada kisaran -20°C hingga 0°C.

📌 Tips: Pastikan rentang kalibrasi mencakup area suhu yang paling sering digunakan dalam kegiatan operasional.

2. Tentukan Rentang Berdasarkan Spesifikasi Pabrikan

Setiap alat ukur memiliki spesifikasi teknis dari pabrikan, termasuk “operating range” dan “measuring range”.

  • Operating range menunjukkan batas suhu aman agar alat tidak rusak.
  • Measuring range menunjukkan rentang suhu yang dapat diukur dengan akurasi tertentu.

🔍 Contoh: Jika sebuah termometer memiliki measuring range 0°C – 100°C, tetapi di lapangan hanya digunakan antara 25°C – 40°C, maka kalibrasi dapat difokuskan pada rentang 20°C – 45°C untuk hasil yang lebih relevan.

3. Gunakan Rentang Kalibrasi yang Relevan dengan Kebutuhan Pengguna

Tujuan utama kalibrasi adalah memastikan keandalan alat pada titik-titik penggunaan sebenarnya, bukan sekadar memenuhi batas teknis alat.

  • Jika alat digunakan untuk pemantauan suhu ruang penyimpanan vaksin (2°C–8°C), maka kalibrasi sebaiknya dilakukan di sekitar titik-titik tersebut (misalnya 2°C, 5°C, dan 8°C).
  • Hindari kalibrasi di titik yang tidak relevan (misalnya 60°C) jika tidak pernah digunakan dalam kondisi tersebut.

4. Perhatikan Stabilitas Lingkungan dan Media Kalibrasi

Stabilitas media (misalnya dry block, oil bath, atau chamber) sangat memengaruhi akurasi kalibrasi.

  • Pastikan alat kalibrasi memiliki homogenitas dan stabilitas suhu sesuai standar (biasanya ±0,05°C untuk dry block).
  • Lakukan kalibrasi dalam lingkungan laboratorium terkendali, dengan kelembapan dan suhu ruangan stabil agar tidak menimbulkan deviasi hasil.

5. Diskusikan dengan Laboratorium Kalibrasi Terakreditasi

Laboratorium kalibrasi profesional biasanya memiliki pengalaman dalam menentukan rentang kalibrasi optimal berdasarkan jenis alat dan aplikasi pengguna.
Konsultasikan dengan tim teknis laboratorium agar:

  • Rentang kalibrasi mencerminkan kondisi nyata penggunaan.
  • Titik kalibrasi sesuai standar nasional/internasional (misalnya ISO 17025).
  • Diperoleh hasil traceable dan dapat dipertanggungjawabkan.

6. Hindari Rentang Terlalu Luas atau Terlalu Sempit

Menentukan rentang terlalu luas dapat menambah waktu dan biaya kalibrasi, sementara rentang terlalu sempit dapat membuat hasil kalibrasi tidak mewakili kondisi sebenarnya.

🎯 Idealnya: Pilih rentang 10–20% lebih lebar dari rentang kerja harian alat untuk mengantisipasi variasi suhu operasional.

7. Dokumentasikan dan Evaluasi Secara Berkala

Simpan catatan setiap kali menentukan rentang kalibrasi:

  • Kondisi alat dan lingkungan saat digunakan.
  • Rentang kalibrasi yang dipilih dan hasilnya.
  • Evaluasi apakah rentang tersebut masih sesuai pada kalibrasi berikutnya.

Pendokumentasian ini memudahkan analisis performa jangka panjang dan memastikan konsistensi mutu.

Menentukan rentang suhu sebelum kalibrasi bukan sekadar formalitas teknis — melainkan langkah krusial untuk menjamin hasil pengukuran yang akurat, stabil, dan relevan.
Dengan memahami konteks penggunaan alat, spesifikasi teknis, serta kondisi lingkungan, pengguna dapat memastikan proses kalibrasi memberikan manfaat maksimal terhadap keandalan alat ukur suhu.

Silahkan menghubungi kami untuk segala kebutuhan laboratorium anda.
Delima Scientific (https://linktr.ee/delimascientific)
Your Trusted Partner For Laboratory Solutions

Kalibrasi suhu merupakan proses penting untuk memastikan alat ukur suhu bekerja dengan akurat dan konsisten. Namun, kondisi lingkungan tempat kalibrasi dilakukan—terutama tingkat kelembapan (humidity)—dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap hasil kalibrasi. Dua kondisi utama yang sering dibandingkan adalah lingkungan kering dan lingkungan lembap.

Artikel ini membahas secara mendalam bagaimana perbedaan kondisi tersebut mempengaruhi proses dan hasil kalibrasi suhu.

🌤️ 1. Lingkungan Kering (Dry Environment Calibration)

Ciri-ciri Lingkungan Kering

  • Kelembapan relatif (RH) biasanya di bawah 30–40%.
  • Umum ditemukan di ruang ber-AC, laboratorium dengan sistem dehumidifier, atau wilayah beriklim kering.
  • Udara cenderung stabil dan minim kandungan uap air.

Pengaruh terhadap Kalibrasi Suhu

  • Stabilitas lebih tinggi: Suhu lebih mudah dikontrol karena rendahnya fluktuasi akibat uap air.
  • Alat sensor suhu (thermometer, thermocouple, RTD) cenderung lebih cepat mencapai kestabilan karena tidak ada pengembunan.
  • Risiko kondensasi rendah, sehingga cocok untuk kalibrasi pada suhu rendah (misalnya < 0°C).
  • Namun, udara kering dapat mempengaruhi alat dengan material sensitif terhadap kelembapan, seperti sensor berbasis polimer.

Contoh Penerapan

  • Kalibrasi termometer digital, thermocouple, dry-block calibrator, atau alat ukur suhu industri di ruang kendali suhu.
  • Cocok untuk kalibrasi dry temperature equipment.

💧 2. Lingkungan Lembap (Humid Environment Calibration)

Ciri-ciri Lingkungan Lembap

  • Kelembapan relatif (RH) berada di atas 60%.
  • Umum ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia, atau ruang tanpa sistem pendingin/dehumidifier.
  • Udara mengandung uap air cukup tinggi.

Pengaruh terhadap Kalibrasi Suhu

  • Suhu cenderung fluktuatif karena perubahan kelembapan dapat menyerap dan melepaskan panas (efek entalpi).
  • Risiko kondensasi tinggi, terutama saat alat atau standar kalibrasi berpindah dari suhu dingin ke hangat.
  • Sensor suhu dapat terpengaruh oleh uap air, terutama jenis thermistor atau sensor berlapis plastik.
  • Kalibrasi di lingkungan lembap memerlukan waktu lebih lama untuk stabilisasi suhu.
  • Diperlukan kontrol kelembapan tambahan, misalnya dengan humidifier/dehumidifier agar kondisi tetap sesuai standar.

Contoh Penerapan

  • Kalibrasi humidity chamber, temperature-humidity data logger, atau alat pengukur suhu yang beroperasi di lingkungan produksi terbuka.
  • Cocok untuk kalibrasi alat kombinasi suhu–kelembapan.

⚖️ 3. Perbandingan Umum

Aspek Lingkungan Kering Lingkungan Lembap
Kelembapan Relatif (RH) < 40% > 60%
Stabilitas Suhu Sangat stabil Fluktuatif
Waktu Stabilisasi Lebih cepat Lebih lama
Risiko Kondensasi Rendah Tinggi
Akurasi Hasil Kalibrasi Lebih konsisten Dapat bervariasi
Jenis Alat yang Cocok Dry-block, termometer digital Data logger suhu–kelembapan
Perlakuan Khusus Tidak perlu kontrol kelembapan Perlu pengendalian RH

🧭 4. Tips Praktis Saat Melakukan Kalibrasi di Dua Kondisi

  1. Pastikan alat standar dan alat uji memiliki suhu awal yang sama (hindari efek kondensasi).
  2. Gunakan ruangan ber-AC dan stabil untuk menjaga kestabilan suhu dan kelembapan.
  3. Catat kondisi lingkungan (suhu, RH, tekanan udara) dalam sertifikat kalibrasi.
  4. Gunakan desikator atau wadah kedap udara untuk menyimpan alat yang telah dikalibrasi.
  5. Kalibrasi ulang secara berkala, terutama jika alat sering digunakan di lingkungan lembap.

Perbedaan antara kalibrasi suhu di lingkungan kering dan lembap terletak pada stabilitas, kecepatan stabilisasi, dan pengaruh kelembapan terhadap sensor suhu.
Lingkungan kering memberikan hasil yang lebih stabil dan presisi, sedangkan lingkungan lembap memerlukan pengendalian tambahan dan perhatian lebih terhadap efek kondensasi serta fluktuasi suhu.

Untuk hasil kalibrasi yang dapat dipercaya, laboratorium harus menyesuaikan kondisi lingkungannya dengan standar internasional (misalnya ISO/IEC 17025) dan selalu mendokumentasikan kondisi lingkungan saat kalibrasi dilakukan.

Silahkan menghubungi kami untuk segala kebutuhan laboratorium anda.
Delima Scientific (https://linktr.ee/delimascientific)
Your Trusted Partner For Laboratory Solutions

Banyak laboratorium sudah melakukan kalibrasi alat ukur suhu secara rutin, tetapi justru kehilangan akurasi karena kesalahan dalam penyimpanan alat setelah kalibrasi. Padahal, kalibrasi bertujuan memastikan bahwa alat memiliki keandalan dan ketertelusuran yang tepat ke standar nasional atau internasional.

Jika penyimpanan alat dilakukan dengan cara yang salah, hasil kalibrasi menjadi tidak valid dan akurasi alat pun dapat menurun jauh sebelum masa kalibrasi berikutnya tiba. Artikel ini membahas secara detail bagaimana cara menyimpan alat ukur suhu dengan benar setelah kalibrasi, serta kesalahan umum yang perlu dihindari.

  1. Mengapa Penyimpanan Setelah Kalibrasi Itu Penting?

Setelah dikalibrasi, alat ukur suhu seperti termometer digital, termokopel, RTD, atau dry block calibrator memiliki nilai referensi baru yang terverifikasi. Namun nilai tersebut bisa berubah jika alat terpapar kondisi ekstrem atau disimpan secara tidak tepat.

Beberapa alasan pentingnya penyimpanan yang benar:

  • Mencegah drift (pergeseran hasil ukur) akibat suhu ekstrem atau kelembaban tinggi.
  • Menjaga stabilitas komponen elektronik dan sensor suhu.
  • Memastikan hasil kalibrasi tetap valid hingga periode kalibrasi berikutnya.
  • Menghindari korosi atau kerusakan fisik pada bagian probe atau sensor.
  1. Kesalahan Umum Saat Menyimpan Alat Setelah Kalibrasi

Berikut kesalahan yang paling sering terjadi di laboratorium:

🔴 a. Menyimpan di Tempat Panas atau Langsung Terpapar Sinar Matahari

Suhu tinggi dapat menyebabkan komponen sensor mengalami ekspansi atau perubahan resistansi, sehingga hasil pengukuran berubah dari standar kalibrasi.

Solusi:
Simpan alat di ruang dengan suhu stabil antara 20–25°C, jauh dari sumber panas seperti oven, lampu halogen, atau sinar matahari langsung.

🔴 b. Tidak Menjaga Kelembaban Ruangan

Kelembaban tinggi dapat menyebabkan korosi pada sensor logam atau kondensasi air pada komponen elektronik.

Solusi:
Gunakan ruangan ber-AC atau dehumidifier untuk menjaga kelembaban di bawah 60% RH (Relative Humidity).
Jika perlu, tambahkan silica gel di lemari penyimpanan alat.

🔴 c. Menyimpan Alat Tanpa Pelindung atau Kotak Kalibrasi

Beberapa alat seperti termokopel atau RTD memiliki ujung sensor yang sensitif terhadap benturan atau debu.
Tanpa pelindung, bagian sensor dapat bengkok, kotor, atau tergores.

Solusi:
Gunakan kotak pelindung asli (original case) atau kotak kalibrasi berlapis busa anti-statis.
Pastikan alat disusun secara vertikal atau miring lembut untuk menghindari tekanan fisik.

🔴 d. Mencampur Alat yang Sudah dan Belum Dikalibrasi

Kesalahan administrasi ini bisa fatal, karena alat yang belum dikalibrasi mungkin digunakan untuk pekerjaan presisi tinggi tanpa disadari.

Solusi:
Beri label status kalibrasi pada setiap alat dengan keterangan:

  • “✅ Sudah Dikalibrasi” (sertifikat masih berlaku)
  • “⚠️ Perlu Kalibrasi Ulang”
  • “❌ Tidak Layak Digunakan”

Gunakan rak atau lemari khusus untuk memisahkan alat berdasarkan status kalibrasinya.

🔴 e. Tidak Mencatat Kondisi Penyimpanan

Kondisi suhu dan kelembaban ruangan penyimpanan harus tercatat secara berkala.
Tanpa pemantauan, alat mungkin terpapar kondisi ekstrem tanpa diketahui.

Solusi:
Gunakan data logger suhu & kelembaban untuk mencatat kondisi penyimpanan.
Simpan hasil pencatatan sebagai bagian dari rekaman mutu laboratorium (quality record).

  1. Panduan Ideal Menyimpan Alat Ukur Suhu Setelah Kalibrasi
Aspek Standar Rekomendasi
Suhu Ruangan 20°C ± 3°C
Kelembaban Relatif (RH) < 60%
Ventilasi Lancar, bebas debu
Penyinaran Tidak langsung terkena sinar matahari
Posisi Alat Diletakkan stabil, tidak menekan sensor
Pelindung Alat Gunakan case atau wadah busa anti-statis
Label Kalibrasi Harus jelas dan mudah dibaca
Monitoring Gunakan termohigrometer dengan rekaman data
  1. Rekomendasi Praktis untuk Laboratorium
  • Pastikan area penyimpanan memiliki AC untuk menjaga stabilitas suhu.
  • Gunakan lemari logam tertutup untuk alat sensitif.
  • Lakukan pemeriksaan fisik dan label alat setiap 3 bulan.
  • Simpan salinan sertifikat kalibrasi di dekat alat untuk verifikasi cepat.
  • Pastikan setiap alat memiliki logbook peminjaman & penggunaan.

Kesalahan kecil dalam penyimpanan dapat menyebabkan hasil kalibrasi kehilangan validitas dan menurunkan kepercayaan pelanggan terhadap laboratorium. Dengan menjaga suhu, kelembaban, posisi, serta dokumentasi penyimpanan, maka hasil kalibrasi akan tetap stabil, andal, dan dapat ditelusuri (traceable) hingga waktu kalibrasi berikutnya.

Penyimpanan bukan hanya soal “menaruh alat di tempat aman”, melainkan bagian dari sistem kendali mutu laboratorium yang menjamin setiap hasil pengukuran tetap akurat dan terpercaya.

Silahkan menghubungi kami untuk segala kebutuhan laboratorium anda.
Delima Scientific (https://linktr.ee/delimascientific)
Your Trusted Partner For Laboratory Solutions

Dalam dunia industri, laboratorium, dan kontrol kualitas, akurasi suhu adalah hal yang sangat penting. Baik dalam proses produksi makanan, farmasi, hingga penelitian ilmiah — kesalahan sekecil apa pun dalam pengukuran suhu bisa berdampak besar terhadap kualitas, keamanan, dan keandalan produk. Namun masih banyak yang bertanya:

“Kenapa alat ukur suhu tidak cukup dikalibrasi sekali saja? Bukankah kalau sudah akurat, hasilnya akan tetap sama?” Jawabannya: karena tidak ada alat ukur yang tetap akurat selamanya.

Mari kita bahas secara rinci alasannya.

  1. 🔧 Setiap Alat Mengalami Drift atau Penyimpangan

Semua instrumen pengukur, termasuk termometer digital, sensor suhu, atau thermocouple, akan mengalami perubahan karakteristik seiring waktu. Fenomena ini disebut drift, yaitu pergeseran hasil pengukuran dari nilai sebenarnya akibat:

  • Penuaan komponen elektronik
  • Paparan suhu ekstrem secara berulang
  • Kelembaban tinggi atau korosi internal
  • Getaran dan guncangan saat digunakan

Drift ini bisa kecil dan tidak terlihat pada awalnya, namun jika dibiarkan, dapat menimbulkan kesalahan signifikan.

  1. 🧫 Lingkungan Penggunaan Selalu Berubah

Kalibrasi dilakukan dalam kondisi lingkungan terkontrol, sedangkan alat digunakan di lapangan dengan kondisi yang sering jauh berbeda:

  • Fluktuasi temperatur ruangan
  • Kelembapan tinggi
  • Debu dan kontaminan
  • Getaran mesin atau peralatan sekitar

Perubahan lingkungan ini memengaruhi stabilitas sensor dan menyebabkan hasil pengukuran bergeser dari waktu ke waktu.

  1. 🕒 Standar Kalibrasi dan Regulasi Mewajibkan Kalibrasi Berkala

Standar seperti:

  • ISO/IEC 17025,
  • SNI ISO 9001, dan
  • Good Laboratory Practice (GLP)

semuanya mewajibkan kalibrasi berkala untuk memastikan keakuratan alat tetap terjaga. Kalibrasi suhu biasanya dilakukan setiap 6 bulan hingga 1 tahun, tergantung dari:

  • Frekuensi penggunaan alat,
  • Kondisi lingkungan, dan
  • Tingkat ketelitian yang dibutuhkan.
  1. 📉 Performa Sensor Menurun Seiring Waktu

Sensor suhu (misalnya RTD atau thermocouple) memiliki batas umur. Kinerja mereka menurun karena:

  • Oksidasi pada elemen logam
  • Degradasi isolasi termal
  • Perubahan resistansi internal

Akibatnya, sensor akan menunjukkan nilai yang tidak lagi akurat jika tidak dikalibrasi ulang.

  1. Kalibrasi Ulang = Menjaga Jejak Ketertelusuran

Setiap kali kalibrasi dilakukan, hasilnya dibandingkan dengan standar acuan nasional atau internasional (traceability). Jika kalibrasi tidak dilakukan secara berkala, maka:

  • Jejak ketertelusuran alat akan terputus,
  • Sertifikat kalibrasi menjadi tidak valid,
  • Dan data pengukuran tidak bisa lagi dipercaya.
  1. 💡 Kalibrasi Berkala = Investasi untuk Keandalan

Meskipun terlihat sebagai biaya tambahan, kalibrasi berkala sebenarnya adalah bentuk investasi. Keuntungannya:

  • Menghindari kesalahan pengukuran fatal
  • Menjaga kualitas produk dan kepatuhan standar
  • Mengurangi risiko penolakan hasil audit atau sertifikasi

🧭 Kesimpulan

Kalibrasi suhu tidak bisa dilakukan hanya sekali seumur hidup karena:

  1. Alat ukur mengalami drift dan degradasi alami.
  2. Kondisi lingkungan terus berubah.
  3. Standar dan regulasi mewajibkan kalibrasi berkala.
  4. Keakuratan hasil harus ditelusuri dan dijaga secara berkesinambungan.

Dengan menjaga jadwal kalibrasi secara rutin, laboratorium dan industri dapat memastikan bahwa setiap data suhu yang dihasilkan benar-benar akurat, konsisten, dan dapat dipercaya.

📍 Rekomendasi Jadwal Kalibrasi (Umum)

Jenis Alat Frekuensi Kalibrasi Keterangan
Thermocouple 6 bulan – 1 tahun Bergantung pada intensitas penggunaan
RTD Sensor 1 tahun Untuk aplikasi laboratorium umum
Thermometer Digital 1 tahun Dapat diperpendek jika digunakan terus-menerus
Temperature Data Logger 6 bulan Untuk pemantauan ruang penyimpanan sensitif

Apabila Anda ingin memastikan alat suhu Anda tetap akurat, hubungi laboratorium kalibrasi terakreditasi seperti PT. Eldepe Kalibrasi Instrumenindo untuk konsultasi jadwal dan layanan kalibrasi terbaik.

Silahkan menghubungi kami untuk segala kebutuhan laboratorium anda.
Delima Scientific (https://linktr.ee/delimascientific)
Your Trusted Partner For Laboratory Solutions

Dalam dunia laboratorium, industri, dan sistem kontrol kualitas, akurasi pengukuran suhu adalah hal yang sangat penting. Baik dalam proses produksi makanan, farmasi, maupun pengujian ilmiah — kesalahan sekecil apa pun pada hasil pengukuran suhu dapat berdampak besar pada mutu produk dan keamanan pengguna.

Namun, banyak orang masih menyamakan istilah “kalibrasi” dan “verifikasi” — padahal keduanya memiliki tujuan, metode, dan hasil yang berbeda. Artikel ini akan mengulas secara mendalam perbedaan antara kalibrasi suhu dan verifikasi suhu, agar kamu bisa menentukan tindakan yang tepat untuk menjaga keandalan alat ukur suhu di tempatmu bekerja.

🌡 1. Pengertian Kalibrasi Suhu

Kalibrasi suhu adalah proses membandingkan hasil pengukuran alat ukur suhu (misalnya: termometer digital, termokopel, RTD, atau oven suhu) terhadap standar acuan yang memiliki ketertelusuran ke standar nasional atau internasional (seperti SI Unit – derajat Celsius).

🎯 Tujuan utama:

Untuk mengetahui penyimpangan (error) antara alat yang diuji dengan standar acuan, dan menentukan nilai koreksi agar hasil pengukuran dapat dipercaya.

⚙️ Proses Kalibrasi biasanya melibatkan:

  1. Persiapan alat dan lingkungan – memastikan stabilitas suhu ruangan dan kelembaban.
  2. Pengukuran berulang pada beberapa titik suhu referensi.
  3. Perbandingan hasil antara alat uji dan standar acuan.
  4. Perhitungan error dan ketidakpastian pengukuran (uncertainty).
  5. Penerbitan sertifikat kalibrasi yang menunjukkan hasil dan status akurasi alat.

📄 Hasil Kalibrasi:

  • Nilai koreksi pengukuran (misalnya: +0,2 °C atau –0,3 °C).
  • Nilai ketidakpastian pengukuran.
  • Pernyataan kesesuaian (jika diminta).

 

🔍 2. Pengertian Verifikasi Suhu

Verifikasi suhu adalah proses pemeriksaan sederhana untuk memastikan bahwa alat ukur masih bekerja dalam batas yang dapat diterima (toleransi).

Berbeda dengan kalibrasi, verifikasi tidak selalu menggunakan standar acuan bersertifikat, dan biasanya dilakukan secara internal oleh pengguna untuk keperluan kontrol harian atau periodik.

🎯 Tujuan utama:

Untuk memastikan alat ukur masih layak digunakan dan hasilnya masih dalam rentang toleransi yang diterima.

⚙️ Contoh proses verifikasi:

  • Membandingkan termometer produksi dengan termometer referensi internal.
  • Memeriksa suhu oven dengan data logger atau probe referensi.
  • Menguji suhu freezer terhadap batas standar operasional (misalnya: –20 ±2 °C).

📄 Hasil Verifikasi:

  • Laporan verifikasi sederhana (pass/fail).
  • Tidak disertai nilai ketidakpastian.
  • Tidak selalu memerlukan sertifikat resmi.

 

3. Tabel Perbandingan Kalibrasi vs Verifikasi

Aspek Kalibrasi Suhu Verifikasi Suhu
Tujuan Menentukan penyimpangan & nilai koreksi Memastikan alat masih dalam toleransi
Dilakukan oleh Laboratorium terakreditasi Pengguna atau teknisi internal
Standar Acuan Standar nasional/internasional bersertifikat Standar internal atau alat referensi
Output Sertifikat kalibrasi dengan nilai koreksi & ketidakpastian Laporan pemeriksaan (Pass/Fail)
Frekuensi Periodik (mis. setiap 6–12 bulan) Lebih sering (mis. bulanan/harian)
Akurasi Hasil Tinggi, dengan ketertelusuran metrologi Cukup untuk kontrol rutin
Biaya Lebih tinggi (melibatkan laboratorium resmi) Lebih rendah

 

🧩 4. Hubungan Antara Kalibrasi dan Verifikasi

Kedua proses ini saling melengkapi — bukan saling menggantikan.

  • Kalibrasi memberikan dasar kepercayaan ilmiah bahwa alat benar-benar akurat.
  • Verifikasi memastikan alat tetap dalam kondisi baik selama periode antar-kalibrasi.

Sebagai contoh:

Termometer ruang penyimpanan vaksin dikalibrasi oleh laboratorium terakreditasi setiap 12 bulan sekali,
namun diverifikasi setiap minggu menggunakan alat referensi internal untuk memastikan tidak terjadi penyimpangan besar.

🧠 5. Kesimpulan

Perbedaan antara kalibrasi suhu dan verifikasi suhu terletak pada tujuan, tingkat ketertelusuran, serta tingkat ketelitian hasilnya.

  • Jika kamu ingin memastikan akurasi ilmiah dan kepatuhan regulasi, lakukan kalibrasi.
  • Jika kamu ingin memantau kestabilan alat di antara periode kalibrasi, lakukan verifikasi secara berkala.

Kombinasi keduanya akan memastikan bahwa sistem pengukuran suhu di laboratoriummu tetap presisi, andal, dan sesuai standar mutu internasional.

🧭 Rekomendasi Tambahan:

  • Pastikan kalibrasi dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi KAN ISO/IEC 17025.
  • Gunakan prosedur verifikasi internal yang terdokumentasi.
  • Catat setiap hasil verifikasi dan tindak lanjutnya bila hasil berada di luar batas toleransi.

Silahkan menghubungi kami untuk segala kebutuhan laboratorium anda.
Delima Scientific (https://linktr.ee/delimascientific)
Your Trusted Partner For Laboratory Solutions

Kalibrasi suhu merupakan proses penting untuk memastikan keakuratan instrumen pengukur suhu seperti termometer, sensor RTD, termokopel, maupun sistem pengendali suhu. Namun, dalam praktiknya, tidak ada alat ukur yang benar-benar sempurna. Setiap pengukuran selalu memiliki ketidakpastian dan toleransi error tertentu yang masih dapat diterima secara teknis maupun standar industri.

Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai apa yang dimaksud dengan toleransi error dalam kalibrasi suhu, faktor yang mempengaruhinya, dan standar penerimaan yang berlaku di berbagai aplikasi.

  1. Apa itu Toleransi Error dalam Kalibrasi Suhu?

Toleransi error adalah batas penyimpangan yang masih bisa diterima dari suatu instrumen pengukur suhu terhadap nilai referensi (standar kalibrasi). Dengan kata lain, jika perbedaan hasil ukur dengan standar masih berada dalam rentang toleransi yang diperbolehkan, maka instrumen tersebut dianggap layak digunakan.

Contoh sederhana:

  • Suatu sensor suhu dikalibrasi pada 100 °C.
  • Nilai standar referensi: 100,00 °C.
  • Sensor terbaca: 100,3 °C.
  • Error = +0,3 °C.
    Jika toleransi error yang diizinkan adalah ±0,5 °C, maka instrumen tersebut masih diterima.
  1. Faktor yang Mempengaruhi Toleransi Error

Beberapa faktor yang menentukan seberapa besar toleransi error yang bisa diterima antara lain:

  1. Jenis Instrumen
    • Termometer gelas, RTD, termokopel, atau infrared thermometer memiliki akurasi berbeda.
    • RTD (Pt100) umumnya lebih akurat dibandingkan termokopel.
  2. Rentang Suhu Pengukuran
    • Pada suhu rendah (0–100 °C), error biasanya lebih kecil.
    • Pada suhu tinggi (>1000 °C), toleransi error biasanya lebih besar.
  3. Standar Industri / Regulasi
    • Beberapa sektor seperti farmasi, laboratorium kalibrasi, atau industri makanan memiliki standar toleransi ketat.
    • Industri umum mungkin memiliki toleransi yang lebih longgar.
  4. Tingkat Risiko Aplikasi
    • Proses medis atau farmasi: toleransi sangat kecil (misalnya ±0,1 °C).
    • Proses industri umum: toleransi bisa lebih besar (misalnya ±1 °C).
  1. Standar Toleransi Error Berdasarkan Aplikasi

Berikut adalah kisaran toleransi error yang umumnya diterima di berbagai bidang:

  • Laboratorium Kalibrasi (ISO/IEC 17025):
    Mengacu pada Measurement Uncertainty (MU). Error biasanya harus < 1/3 dari batas toleransi yang ditetapkan pengguna.
  • Industri Farmasi (GMP, WHO):
    Toleransi error tipikal: ±0,1 °C hingga ±0,5 °C.
  • Industri Pangan (HACCP, ISO 22000):
    Toleransi error: ±0,5 °C hingga ±1 °C.
  • Proses Industri Umum (Manufaktur, HVAC, dll.):
    Toleransi error: ±1 °C hingga ±2 °C.
  • Suhu Tinggi (Metalurgi, Furnace, dll.):
    Toleransi error: ±2 °C hingga ±5 °C atau lebih, tergantung kebutuhan.
  1. Peran Ketidakpastian Pengukuran

Selain toleransi error, penting juga memahami ketidakpastian pengukuran (measurement uncertainty).
Dalam laporan kalibrasi, hasil biasanya ditulis seperti ini:

100,3 °C ± 0,2 °C (k=2, 95% confidence level)

Artinya, hasil pengukuran bisa berada di rentang 100,1 °C hingga 100,5 °C, dengan tingkat kepercayaan 95%.
Ketidakpastian ini harus dipertimbangkan bersama toleransi error untuk memastikan validitas instrumen.

  1. Kapan Instrumen Diterima dan Ditolak?

Instrumen dianggap DITERIMA jika:

  • Hasil kalibrasi masih dalam batas toleransi error yang ditentukan.
  • Ketidakpastian pengukuran tidak membuat hasil keluar dari batas toleransi.

Instrumen dianggap DITOLAK jika:

  • Error melebihi batas toleransi.
  • Atau ketidakpastian terlalu besar, sehingga tidak dapat menjamin akurasi pengukuran.
  1. Tips Praktis Mengelola Toleransi Error
  1. Tetapkan toleransi berdasarkan kebutuhan aplikasi, bukan hanya mengikuti spesifikasi alat.
  2. Lakukan kalibrasi rutin sesuai rekomendasi pabrikan atau standar industri.
  3. Gunakan standar acuan yang lebih akurat daripada alat yang dikalibrasi.
  4. Pertimbangkan kondisi lingkungan (suhu ruangan, kelembaban, kestabilan sumber panas).
  5. Catat dan dokumentasikan error untuk analisis tren jangka panjang.

Toleransi error dalam kalibrasi suhu adalah konsep penting untuk memastikan instrumen tetap layak digunakan tanpa harus menuntut kesempurnaan absolut. Batas toleransi sangat bergantung pada jenis alat, standar industri, risiko aplikasi, dan tingkat akurasi yang dibutuhkan.

Dengan memahami toleransi error serta ketidakpastian pengukuran, industri dapat menjaga kualitas, keselamatan, dan kepatuhan terhadap standar internasional.

Silahkan menghubungi kami untuk segala kebutuhan laboratorium anda.
Delima Scientific (https://linktr.ee/delimascientific)
Your Trusted Partner For Laboratory Solutions

Kalibrasi suhu adalah proses yang sangat sensitif dan membutuhkan kondisi lingkungan yang terkendali agar hasilnya akurat serta dapat ditelusuri ke standar nasional maupun internasional. Seringkali, kesalahan kalibrasi bukan berasal dari alat ukur itu sendiri, melainkan karena faktor lingkungan ruangan yang tidak ideal. Oleh karena itu, memahami kondisi lingkungan ruangan yang tepat sangat penting untuk menjaga kualitas hasil kalibrasi.

Berikut adalah parameter lingkungan yang perlu diperhatikan dalam menentukan ruangan ideal untuk kalibrasi suhu:

  1. Suhu Ruangan yang Stabil
  • Mengapa penting: Fluktuasi suhu ruangan dapat memengaruhi kestabilan alat ukur dan standar kalibrasi.
  • Rekomendasi:
    • Rentang suhu: 20–25 °C (tergantung standar laboratorium).
    • Perubahan suhu tidak boleh lebih dari ±2 °C per jam.
    • Gunakan sistem pengatur suhu (AC dengan kontrol presisi atau sistem HVAC).
  1. Kelembaban Relatif (Relative Humidity / RH)
  • Mengapa penting: Kelembaban yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kondensasi pada sensor suhu, sementara kelembaban yang terlalu rendah dapat menimbulkan listrik statis.
  • Rekomendasi:
    • Rentang kelembaban: 40–60% RH.
    • Hindari kelembaban >70% karena dapat mempercepat korosi dan kerusakan instrumen.
  1. Tekanan Udara
  • Mengapa penting: Beberapa instrumen kalibrasi suhu, terutama yang menggunakan cairan atau sistem gas, dapat terpengaruh oleh perubahan tekanan udara.
  • Rekomendasi:
    • Monitor tekanan udara ruangan secara berkala.
    • Gunakan barometer untuk memastikan konsistensi.
  1. Kebersihan dan Kualitas Udara
  • Mengapa penting: Partikel debu, uap kimia, atau kontaminan lain dapat memengaruhi sensor dan instrumen kalibrasi.
  • Rekomendasi:
    • Gunakan ruangan bersih (cleanroom) atau minimal ruangan bebas debu.
    • Pastikan ada sistem ventilasi dengan filter HEPA jika memungkinkan.
  1. Getaran dan Gangguan Mekanis
  • Mengapa penting: Getaran dari mesin, lalu lintas, atau peralatan lain dapat memengaruhi kestabilan pembacaan suhu.
  • Rekomendasi:
    • Pisahkan ruangan kalibrasi dari sumber getaran.
    • Gunakan meja anti-getar untuk alat yang sangat sensitif.
  1. Pencahayaan Ruangan
  • Mengapa penting: Cahaya matahari langsung atau lampu dengan panas berlebih dapat memengaruhi stabilitas suhu ruangan.
  • Rekomendasi:
    • Gunakan pencahayaan LED yang tidak menghasilkan panas berlebih.
    • Hindari paparan sinar matahari langsung pada area kalibrasi.
  1. Aliran Udara
  • Mengapa penting: Aliran udara yang tidak terkendali dapat menciptakan perbedaan suhu lokal dan mengganggu kestabilan pengukuran.
  • Rekomendasi:
    • Gunakan deflektor pada AC untuk mencegah aliran udara langsung ke instrumen.
    • Pastikan sirkulasi udara merata di seluruh ruangan.

Menentukan lingkungan ruangan yang ideal untuk kalibrasi suhu bukan hanya soal menjaga suhu tetap stabil, tetapi juga mengendalikan faktor lain seperti kelembaban, tekanan udara, getaran, kebersihan, hingga pencahayaan. Dengan ruangan yang terkontrol, hasil kalibrasi menjadi lebih akurat, konsisten, dan dapat ditelusuri (traceable).

Menerapkan standar lingkungan ini adalah investasi jangka panjang untuk menjaga kualitas hasil kalibrasi serta kepatuhan terhadap standar internasional seperti ISO/IEC 17025.

Silahkan menghubungi kami untuk segala kebutuhan laboratorium anda.
Delima Scientific (https://linktr.ee/delimascientific)
Your Trusted Partner For Laboratory Solutions