Sekretariat KAN sering berdiskusi dengan laboratorium dan asesor terkait tentang metoda kalibrasi. Salah satunya adalah, seperti judul email ini : Apakah BS EN 837 -1 Pressure Gauges Part 1: Bourdon Tube Pressure Gauges – Dimensions, Metrology, Requirements and Testing metoda kalibrasi tekanan?
BS EN 837-1 merupakan sebuah standar yang menetapkan spesifikasi Bourdon Pressure Gauge, salah satu yang ditetapkan sebagai persyaratan adalah “akurasi” dan “histeresis”. Dua persyaratan itulah yang memerlukan proses “kalibrasi” sedemikian hingga hasil kalibrasi dapat dibandingkan dengan akurasi dan histeresis yang dipersyaratkan dalam BS EN 837-1.
Sebenarnya tidak hanya BS EN 837-1 saja yang merupakan spesifikasi bukan metode kalibrasi, bila kita lihat JIS B 7502, JIS B 7516, JIS B 7506, dll, semuanya merupakan “standard specification” untuk peralatan yang relevan, dan kalibrasi adalah suatu proses untuk memperoleh “nilai-nilai” karakteristik peralatan yang kemudian dibandingkan dengan spesifikasi di dalam standard tersebut. Bila kita melihat ke OIML R111: 2004, di dalamnya juga berisi spesifikasi untuk anak timbangan yang ditetapkan oleh OIML, sedangkan metode kalibrasi dan evaluasi ketidakpastiannya dijelaskan sebagai lampiran dari standard specification tersebut. Secara umum metode kalibrasi dikenal sebagai “rational method“, yaitu sebuah metode yang hasilnya tidak tergantung pada rincian dari metode tersebut, tetapi dapat dikembangkan secara ilmiah untuk menganalisis hasil kalibrasi yang diinginkan. Sedangkan dokumen The Calibration of Weight and Balance, NMIA 2004 dan The Calibration of Balances, CSIRO NML 1995 memang merupakan sebuah buku yang menjelaskan proses kalibrasi timbangan.
Dengan pertimbangan tersebut di atas, ruang lingkup laboratorium kalibrasi, berdasarkan ISO/IEC 17011 hanya mewajibkan pernyataan tentang jenis alat yang dikalibrasi, besaran yang diukur, rentang ukur, dan ketidakpastian pengukuran, sedangkan pernyataan metode/spesifikasi bersifat optional.
Terkait dengan kalibrasi alat ukur tekanan menggunakan standar selain DWT, tentu saja akan memiliki model matematis yang berbeda, bergantung pada besaran-besaran yang berpengaruh pada nilai tekanan yang dihasilkan pada saat merealisasikan standar. Namun demikian secara umum, alat ukur apa-pun dapat dimodelkan secara sederhana dengan:
(estimasi) koreksi = (estimasi) nilai benar – pembacaan alat ukur yang dikalibrasi
Atau
(estimasi) kesalahan = Pembacaan alat ukur yang dikalibrasi – (estimasi) nilai benar
sedangkan kalibrasi standar (seperti anak timbangan, gauge block, dll) dapat dimodelkan dengan:
(estimasi) nilai standar yang dikalibrasi = (estimasi) nilai benar + (estimasi) perbedaan nilai antara standar acuan dengan standar yang dikalibrasi
Pembacaan alat ukur yang dikalibrasi pada umumnya diestimasi dari “nilai rata-rata penunjukkan alat ukur yang dikalibrasi”, sedangkan (estimasi) nilai benar diperoleh dari
“nilai dari sertifikat kalibrasi standar ditambah koreksi-koreksi dari besaran berpengaruh”
atau dari “perhitungan berdasarkan model matematis yang digunakan untuk merealisasikan standar”
Sedangkan dalam kalibrasi standar (estimasi) perbedaan nilai antara standar acuan dengan standar yang dikalibrasi, diperoleh dari dua alternatif berikut:
(estimasi) koreksi = rata-rata (pembacaan komparator pada saat mengukur standar – pembacaan komparator pada saat mengukur standar yan dikalibrasi)
Kasus untuk kalibrasi alat ukur tekanan:
bila menggunakan DWT, maka
(estimasi) nilai benar tekanan = diperoleh dari model matematis dasar mg / A
bila menggunakan standar lain seperti pressure calibratior, dll:
(estimasi) nilai benar tekanan = nilai dari sertifikat kalibrasi + koreksi 1 + koreksi 2 + …+ koreksi n, dimana koreksi-koreksi yang diperlukan bisa dievaluasi dari karakteristik standar yang dijelaskan dalam buku manualnya (sebagai contoh: pengaruh temperatur, kestabilan jangka panjang, dll)