Kalibrasi adalah proses fundamental untuk memastikan akurasi dan keandalan alat ukur. Meskipun tujuannya sama, praktik kalibrasi di bidang farmasi, F&B (Food and Beverage), dan medis memiliki perbedaan mendasar yang dipengaruhi oleh tingkat regulasi, risiko, dan dampak produk terhadap konsumen atau pasien.

Bidang Farmasi

Industri farmasi memiliki persyaratan kalibrasi paling ketat karena dampaknya langsung pada kesehatan dan keselamatan manusia. Akurasi setiap alat sangat krusial untuk memastikan dosis obat, kemurnian bahan, dan stabilitas produk.

  • Tingkat Regulasi: Sangat ketat. Dipandu oleh pedoman seperti Good Manufacturing Practice (GMP) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), FDA, atau EMA. Setiap prosedur harus tervalidasi dan terdokumentasi dengan sangat rinci.
  • Fokus Kalibrasi: Kalibrasi tidak hanya tentang akurasi, tetapi juga tentang traceability (ketertelusuran), validasi proses, dan manajemen risiko. Alat ukur harus memenuhi spesifikasi yang sangat presisi, dan deviasi sekecil apa pun bisa menyebabkan penarikan produk.
  • Jenis Alat: Timbangan analitik, pH meter, termometer, viskometer, HPLC (High-Performance Liquid Chromatography), spektrofotometer, dan alat pengujian stabilitas.
  • Dokumentasi: Sangat mendetail dan ketat. Setiap sertifikat kalibrasi harus mencakup ketidakpastian pengukuran yang diperluas, pernyataan kesesuaian, dan jejak audit yang jelas. Dokumentasi ini wajib disimpan dalam jangka waktu yang lama untuk tujuan audit

Bidang F&B (Food and Beverage)

Di bidang F&B, kalibrasi bertujuan untuk menjaga konsistensi kualitas produk, keamanan pangan, dan efisiensi produksi. Meskipun tidak sekompleks farmasi, regulasinya tetap penting.

  • Tingkat Regulasi: Cukup ketat, terutama untuk aspek keamanan pangan. Dipandu oleh standar seperti HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points), ISO 22000, atau peraturan BPOM. Fokusnya adalah pada titik-titik kontrol kritis yang mempengaruhi keamanan dan kualitas produk akhir.
  • Fokus Kalibrasi: Memastikan alat ukur yang digunakan pada titik kontrol kritis (Critical Control Points/CCP) seperti suhu pasteurisasi, pH produk, dan berat produk, memberikan hasil yang konsisten dan akurat. Ini mencegah kontaminasi atau ketidaksesuaian produk.
  • Jenis Alat: Termometer untuk pengolahan makanan, pH meter untuk produk minuman, timbangan untuk takaran bahan, sensor kelembaban, dan alat pengukur tekanan.
  • Dokumentasi: Cukup lengkap, mencakup sertifikat kalibrasi yang memenuhi standar dan dapat ditelusuri. Rekaman kalibrasi menjadi bagian penting dari sistem manajemen keamanan pangan untuk audit.

Bidang Medis (Alat Kesehatan)

Kalibrasi di bidang medis bertujuan untuk menjamin keamanan pasien, keakuratan diagnosis, dan efektivitas terapi. Kinerja alat yang salah dapat membahayakan nyawa.

  • Tingkat Regulasi: Sangat ketat, mirip dengan farmasi. Dipandu oleh standar internasional seperti IEC 60601 dan regulasi dari badan seperti Kemenkes, FDA, atau WHO. Standar ini mencakup tidak hanya kinerja metrologis, tetapi juga keselamatan elektrik dan operasional alat.
  • Fokus Kalibrasi: Memastikan bahwa alat-alat yang digunakan untuk diagnosa atau terapi, seperti sphygmomanometer (pengukur tekanan darah), EKG (elektrokardiograf), USG, dan inkubator, berfungsi sesuai dengan spesifikasi pabrikan. Kalibrasi harus mencakup semua parameter vital yang memengaruhi hasil.
  • Jenis Alat: Alat ukur tekanan darah, timbangan bayi, termometer klinis, alat ukur gula darah, dan peralatan laboratorium klinis.
  • Dokumentasi: Sangat penting dan detail. Sertifikat kalibrasi harus memuat informasi lengkap dan harus diarsipkan dengan baik, karena ini adalah bukti kepatuhan dan tanggung jawab jika terjadi insiden medis.

Perbandingan ringkas

Aspek Farmasi F&B Medis
Regulasi Good Manufacturing Practice (GMP), BPOM dan farmakope (USP, EP, atau farmakope nasional). HACCP, ISO 22000, SNI pangan, dan standar ekspor IEC 60601, Kemenkes, ISO 13485, atau regulasi WHO
Fokus Utama Akurasi dosis, kemurnian bahan, stabilitas produk,  kualitas obat, keamanan, dan konsistensi obat Keamanan pangan, konsistensi rasa & kualitas Keselamatan pasien, akurasi diagnosis
Dampak kegagalan Penarikan produk massal, risiko kesehatan publik Kerugian finansial, reputasi buruk, kontaminasi pangan, rasa dan kualitas tidak konsisten Kesalahan diagnosis, cedera, kematian pasien
Jenis alat kritis Timbangan analitik, HPLC, Spektrofotometer, mikropipet, termometer laboratorium, pH meter Termometer, pH meter, timbangan, refraktometer, thermohygrometer Sphygmomanometer, EKG, alat lab klinis, termometer medis, ventilator, timbangan bayi

 

Dengan demikian, perbedaan utama kalibrasi di ketiga bidang ini terletak pada konteks risiko, fokus, jenis alat dan standar kepatuhan yang mengarahkan proses kalibrasi, mulai dari pemilihan metode, interval kalibrasi, hingga dokumentasi yang harus disimpan.

  • Di Farmasi, kesalahan berdampak pada kualitas obat dan kesehatan pasien.
  • Di F&B, kesalahan bisa memengaruhi keamanan pangan dan kepuasan konsumen.
  • Di Medis, kesalahan dapat berakibat langsung pada nyawa pasien.

Karena itu, setiap bidang membutuhkan prosedur kalibrasi yang disesuaikan dengan risiko dan standar yang berlaku.

Silahkan menghubungi kami untuk segala kebutuhan laboratorium anda.
Delima Scientific (https://linktr.ee/delimascientific)
Your Trusted Partner For Laboratory Solutions

Dalam lingkungan industri dan laboratorium, akurasi dan keandalan pengukuran merupakan fondasi bagi kualitas data dan pengambilan keputusan yang tepat. Salah satu langkah krusial untuk menjaganya adalah kalibrasi berkala, dengan penetapan interval kalibrasi yang tepat.

Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Interval Kalibrasi

Menentukan interval kalibrasi tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Sejumlah faktor yang perlu dipertimbangkan meliputi:

  1. Tingkat Akurasi yang Dibutuhkan
    Semakin tinggi tingkat akurasi yang dipersyaratkan, semakin pendek interval kalibrasinya.
  2. Stabilitas Alat Ukur
    Alat yang stabil cenderung memiliki interval kalibrasi lebih panjang dibandingkan alat yang mudah mengalami drift.
  3. Frekuensi Penggunaan
    Penggunaan intensif memperpendek masa pakai presisi alat, sehingga memerlukan kalibrasi lebih sering.
  4. Kondisi Lingkungan
    Paparan suhu ekstrem, kelembapan tinggi, atau getaran dapat mempercepat perubahan karakteristik alat.
  5. Riwayat Kalibrasi
    Data historis dapat menjadi indikator stabilitas dan tingkat deviasi alat.
  6. Rekomendasi Pabrikan
    Spesifikasi pabrikan sering menjadi acuan awal yang penting.
  7. Persyaratan Standar dan Regulasi
    Beberapa standar industri menetapkan interval kalibrasi minimum yang wajib dipatuhi.
  8. Tingkat Kritis Alat (Utility)
    Semakin penting peran alat dalam proses, semakin ketat kontrol intervalnya

 

Proses Penetapan Interval Kalibrasi

Untuk memastikan interval yang ditetapkan sesuai kebutuhan, proses berikut dapat diterapkan:

1. Identifikasi Alat Ukur yang masuk dalam program kalibrasi.

2. Evaluasi Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap interval kalibrasi.

3. Tentukan Interval Awal berdasarkan rekomendasi pabrikan, standar, dan pengalaman operasional.

4. Laksanakan Kalibrasi sesuai interval yang ditetapkan.

5. Analisis Hasil Kalibrasi untuk menilai stabilitas dan tren pergeseran.

6. Dokumentasikan Interval secara formal dalam program kalibrasi.

7. Tinjau Ulang Secara Berkala untuk memastikan interval tetap relevan.

Penetapan interval kalibrasi yang tepat adalah langkah strategis untuk menjaga akurasi, keandalan, dan kepatuhan terhadap standar. Dengan mempertimbangkan seluruh faktor relevan, menggunakan acuan yang valid, serta menerapkan proses evaluasi berkala, organisasi dapat memastikan setiap alat ukur berfungsi optimal dan menghasilkan data yang dapat dipercaya.

 

Silahkan menghubungi kami untuk segala kebutuhan laboratorium anda.

Delima Scientific (https://linktr.ee/delimascientific)
Your Trusted Partner For Laboratory Solutions

 

Dalam lingkungan industri dan laboratorium, akurasi dan keandalan hasil pengukuran merupakan faktor yang tidak dapat ditawar. Salah satu langkah strategis untuk menjamin kedua hal tersebut adalah melalui kalibrasi alat ukur secara berkala.

Mengapa Kalibrasi Berkala Itu Penting?

  1. Menjaga Akurasi Pengukuran: Seiring waktu, karakteristik alat ukur dapat berubah akibat faktor seperti keausan komponen, fluktuasi suhu, maupun getaran mekanis. Kalibrasi berkala memastikan alat tetap memberikan hasil pengukuran yang akurat dan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
  2. Memastikan Keandalan Alat Ukur: Alat ukur yang terkalibrasi dengan baik memiliki tingkat keandalan yang tinggi. Hasil pengukuran yang dapat dipercaya menjadi dasar penting dalam pengambilan keputusan yang tepat dilingkungan industri maupun penelitian.
  3. Memenuhi Persyaratan Standar dan Regulasi: Berbagai standar industri dan regulasi mewajibkan kalibrasi alat ukur secara periodik. Kepatuhan terhadap persyaratan ini membantu menghidarkan organisasi dari risiko sanksi atau penalti.
  4. Meningkatkan Kualitas Produk: Dalam proses manufaktur, kalibrasi yang tepat memastikan kualitas produk tetap konsisten dan sesuai spesifikasi yang ditentukan.
  5. Mengoptimalkan Efisiensi Produksi: Pengukuran yang akurat meminimalkan kesalahan, meningkatkan efisiensi proses, dan berkontribusi pada pengurangan biaya produksi.
  6. Membangun Kepercayaan Pelanggan: Produk yang konsisten memenuhi standar kualitas akan memperkuat kepercayaan pelanggan, sebuah aset yang sangat berharga untuk daya saing jangka panjang.

Memilih Laboratorium Kalibrasi yang Tepat

Pemilihan laboratorium kalibrasi yang kompeten merupakan kunci untuk memperoleh semua manfaat di atas          PT. Eldepe Kalibrasi Instrumenindo, sebagai laboratorium yang berfokus pada layanan kalibrasi instrumen, telah membuktikan komitmennya terhadap mutu dan kepuasan pelanggan melalui akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) sesuai standar ISO/IEC 17025:2017.

Akreditasi ini menjadi bukti bahwa PT. Eldepe Kalibrasi Instrumenindo memiliki sistem manajemen mutu yang andal serta kompetensi teknis yang diakui secara internasional maupun nasional untuk menghasilkan data kalibrasi yang valid dan dapat dipercaya.

Kalibrasi berkala bukan sekadar kewajiban teknis, melainkan investasi strategis untuk menjaga akurasi, keandalan, dan kepatuhan terhadap standar. Memilih laboratorium terakreditasi dengan reputasi baik, seperti PT. Eldepe Kalibrasi Instrumenindo, akan membantu organisasi mencapai tujuan kualitas dan efisiensi secara berkelanjutan.

Pastikan alat ukur Anda selalu dalam performa optimal — mulai langkah itu sekarang.

 

 

 

Silahkan hubungi kami untuk segala kebutuhan laboratorium anda.

Delima Scientific (https://linktr.ee/delimascientific)

Your Trusted Partner For Laboratory Solutions

Dalam dunia kalibrasi, Anak Timbang memegang peranan yang sangat penting. Anak Timbang atau sering disebut sebagai beban standar, adalah benda dengan massa yang sangat akurat dan presisi. Benda ini digunakan sebagai standar referensi dalam proses kalibrasi timbangan dan alat ukur massa lainnya.

 

Peran Anak Timbang dalam kalibrasi

            Anak Timbang digunakan dalam kalibrasi untuk :

  • Menentukan ketepatan timbangan
    Anak Timbang digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran timbangan dengan nilai massa yang diketahui. Dengan demikian, ketepatan timbangan dapat ditentukan dan dikoreksi jika diperlukan.
  • Menjamin ketertulusuran
    Anak Timbang yang digunakan dalam kalibrasi harus memiliki ketertelusuran ke standar massa nasional atau internasional. Hal ini memastikan bahwa hasil kalibrasi dapat dipertanggungjawabkan dan diakui secara global.
  • Memenuhi persyaratan standar
    Banyak standar industri dan regulasi yang mensyaratkan kalibrasi timbangan menggunakan Anak Timbang dengan kelas akurasi tertentu. Penggunaan Anak Timbang yang tepat memastikan bahwa timbangan memenuhi persyaratan ini.

 

Jenis-jenis Anak Timbang untuk kalibrasi

            Dalam dunia kalibrasi, Anak Timbang diklasifikasikan berdasarkan kelas akurasinya, yang diatur dalam standar internasional seperti OIML (Organisasi Internasional Metrologi Legal). Kelas akurasi yang umum digunakan dalam kalibrasi meliputi :

  • Kelas E1 dan E2
    Anak Timbang dengan akurasi tertinggi, digunakan untuk kalibrasi timbangan analitik dan timbangan dengan ketelitian sangat tinggi.
  • Kelas F1 dan F2
    Anak Timbang dengan akurasi tinggi, digunakan untuk kalibrasi timbangan laboratorium dan timbangan industri.
  • Kelas M1, M2, dan M3
    Anak Timbang dengan akurasi sedang, digunakan untuk kalibrasi timbangan industri dan timbangan perdagangan.

Satu hal lain yang juga perlu jadi pertimbangan adalah memastikan anak timbangan yang dibeli, tepat guna & berkualitas. Untuk keperluan pembelian anak timbangan, bisa melihat keterangannya disini 

 

Perawatan Anak Timbang

            Anak Timbang yang digunakan dalam kalibrasi harus dirawat dengan sangat hati-hati untuk menjaga keakuratannya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan Anak Timbang antara lain :

  • Penyimpanan
    Anak Timbang harus disimpan ditempat yang bersih, kering, dan bebas dari debu.
  • Penanganan
    Anak Timbang harus ditangani dengan pinset atau sarung tangan khusus untuk menghindari kontaminasi.
  • Kalibrasi Ulang
    Anak Timbang harus dikalibrasi ulang secara berkala untuk memastikan keakuratannya.

Jadi, Anak Timbang adalah komponen penting dalam sistem pengukuran massa dalam dunia kalibrasi. Ketepatan Anak Timbang sangat penting untuk memastikan hasil pengukuran yang akurat dan dapat diandalkan. Penggunaan Anak Timbang yang tepat dan perawatan yang baik sangat penting untuk memastikan ketepatan pengukuran massa dan memenuhi persyaratan standar.

 

Silahkan menghubungi kami untuk segala kebutuhan anak timbangan laboratorium anda.

Delima Scientific 
Your Trusted Partner For Laboratory Solutions

Question : Bagaimana cara menentukan interval / periode kalibrasi ?
Answer : Jangka waktu atau selang waktu kalibrasi perlu ditetapkan pada suatu instrumen
ukur. Secara umum selang / interval kalibrasi dapat ditentukan berdasarkan :
1. Jenis alat ukur
2. Frekuensi pemakaian
3. Stabilitas
4. Kondisi pemakaiaan
5. Batas kesalahan yang ada hubungannya dengan akurasi alat.

Selang kalibrasi biasanya dinyatakan dalam beberapa cara yaitu :
1. Dinyatakan dalam waktu kalender, misalnya 6 (enam) bulan sekali,atau 1 (satu) tahun sekali, dst.
2. Dinyatakan dalam waktu pemakaian, misalnya 1000 jam pakai, atau 5000 jam pakai, dst.
3. Kombinasi cara pertama dan kedua, misalnya 6 bulan atau 1000 jam pakai,tergantung mana yang lebih dulu tercapai.

Question : Apa itu kemampuan baca ulang ( Repeatability ) ?
Answer : Kemampuan baca ulang ( Repeatability ) adalah kemampuan untuk menghasilkan nilai yang sama dari hasil pengukuran yang dilakukan berulang dan identik (titik ukur dan waktu yang relatif sama). Semakin kecil perbedaan hasil pengukuran berulangnya semakin baik unjuk kerja dari instrumen ukur tersebut. Adapun dalam melakukan pengukuran berulang harus memenuhi persyaratan:
1. Menggunakan metode atau prosedur yang sama
2. Instrumen ukur yang digunakan sama
3. Ruang dan lokasi pengukuran sama
4. Dilakukan oleh observer atau personel yang sama
5. Pengulangan dilakukan dengan periode waktu yang pendek dan konsisten.

Sumber : https://www.scribd.com/doc/282341341/Modul-Ajar-Kalibrasi

Question : Apa tujuan dan manfaat kalibrasi ?

Answer : Tujuan dari kegiatan kalibrasi secara garis besar adalah :
1. Mencapai ketertelusuran pengukuran. Hasil pengukuran dapat dikaitkan / ditelusur sampai ke standar yang lebih tinggi /teliti (standar primer nasional dan internasional), melalui rangkaian perbandingan yang tak terputus.
2. Menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai penunjukan suatu instrument ukur terhadap nilai nominalnya atau definisi dimensi nasional yang seharusnya untuk suatu alat/bahan ukur
3. Menjamin hasil –hasil pengukuran sesuai dengan standar nasional dan internasional.
4. Menjamin dan meningkatkan nilai kepercayaan didalam proses pengukuran.

Manfaat dari kegiatan kalibrasi secara garis besar adalah :
1. Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai industri pada peralatan laboratorium dan produksi yang dimiliki.
2. Dengan melakukan kalibrasi, bisa diketahui seberapa jauh perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang ditunjukkan oleh alat ukur.
3. Secara umum menjaga kondisi instrument ukur/bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasinya.
4. Menjaga konsistensi mutu hasil produk yang dihasilkan.
5. Mengurangi kegagalan hasil produk.
6. Meningkatkan daya saing dalam pasar global.

Sumber : https://www.scribd.com/doc/282341341/Modul-Ajar-Kalibrasi

Instruksi kerja adalah pedoman yang telah dibakukan di suatu laboratorium dan digunakan oleh personil laboratorium dalam melaksanakan suatu pekerjaan secara benar sejak awal. Instruksi kerja menguraikan kegiatan operasional laboratorium dari salah satu prosedur yang bersifat teknis. Dengan kata lain, instruksi kerja merupakan suatu petunjuk yang detail atau rinci tentang bagaimana suatu proses atau prosedur dilaksanakan. Dengan demikian, tujuan dari instrusi kerja adalah sebagai pelengkap prosedur serta dapat membantu dalam proses pengendalian. Adapun bentuk instruksi kerja bisa berupa bagan alir, gambar, atau uraian tentang suatu kegiatan dan lain sebagainya.

Instruksi kerja dapat dibuat oleh personil laboratorium yang setiap hari melaksanakan kegiatan operasional yang bersangkutan, namun perlu bimbingan oleh atasan langsungnya. Hal ini disebabkan, tidak semua pelaksana suatu kegiatan operasional laboratorium mengetahui pelaksanaan yang baik dan benar. Mereka hanya melaksanakan berdasarkan pengalaman yang terbatas, sehingga bimbingan atasan langsung atau penyelia sangat diperlukan dalam penulisan secara benar.

Penulisan instruksi kerja yang baik meliputi, antara lain:
a) berisi tahapan kegiatan selangkah demi selangkah;
b) berisi penjelasan secara rinci setiap langkah beserta peralatan, dokumen penunjang dan lain-lain yang diperlukan;
c) sudah diuji coba untuk diterapkan.

Adapun unsur-unsur dalam penulisan instruksi kerja sebagaimana penulisan prosedur, yaitu sekurang-kurangnya berisi:
1) Tujuan
Memberikan gambaran atau informasi serta alasan dibuatnya instruksi kerja terkait;
2) Ruang lingkup
Menyebutkan penerapan, kegunaan dan pada bagian mana instruksi kerja harus dimplementasikan;
3) Acuan
Menyebutkan daftar referensi yang digunakan dalam instruksi kerja yang bersangkutan;
4) Definisi
Memberikan batasan istilah dan mendefinisikan kata-kata yang penting dalam instruksi kerja, jika diperlukan;
5) Tanggung jawab
Menyebutkan fungsi jabatan dalam posisi organisasi yang bertanggung jawab menerapkan instruksi kerja;
6) Tahapan
Menyebutkan tahap demi tahap secara detail tentang siapa, apa, kapan dan dimana segala aspek dalam instruksi kerja yang terkait dalam kegiatan operasional laboratorium dengan cara sistematis;
7) Rekaman
Menjabarkan segala sesuatu kegiatan yang harus direkam berkaitan dengan penerapan instruksi kerja yang bersangkutan termasuk waktu simpan rekaman serta personil yang harus memusnahkannya;
8) Lampiran
Menjabarkan sistem pemeliharaan instruksi kerja yang disimpan dalam bentuk elektronik atau cetakan serta contoh-contoh formulir atau dokumen pendukung terkait yang harus diacu.

Sumber :
https://www.infolabling.com

“bagaimana cara menentukan toleransi alat jika alat tersebut benar2 baru dan baru akan dikalibrasi?”

Sebelum membahas “bagaimana menentukan toleransi alat ukur”, kita bahas dulu makna “toleransi”.

Tolerate yang menjadi akar kata tolerance (toleransi), oleh New Oxford American Dictionary diartikan kira-kira “mampu menanggung sesuatu (yang buruk) tanpa efek buruk”. Kalau diartikan lebih bebas, toleransi berarti: kemampuan menerima suatu penyimpangan (dari kondisi ideal) tanpa terjadinya efek yang buruk.

Dalam dunia industri, toleransi merupakan bagian dari spesifikasi suatu produk. Dalam konteks ini, toleransi dapat diartikan “besarnya perbedaan antara kondisi aktual dibandingkan kondisi ideal, sejauh bahwa perbedaan tersebut tidak sampai mengakibatkan kegagalan fungsi maupun penurunan fungsi yang signifikan”. Misalkan sebuah komponen mesin mempunyai spesifikasi ukuran 90 mm dengan toleransi ±0,1 mm. Ini berarti bahwa komponen tersebut masih dapat berfungsi dengan baik asalkan ukurannya di antara 89,9 mm dan 90,1 mm.

Setelah melalui proses produksi, hasil yang diharapkan adalah suatu produk yang memiliki ukuran atau sifat-sifat lain sesuai spesifikasi dan toleransi yang telah ditetapkan. Karena itu dilakukan pengujian mutu terhadap produk tersebut, dengan cara melakukan pengukuran. Hasil pengukuran dibandingkan dengan spesifikasi tadi. Jika hasil pengukuran menunjukkan bahwa produk tersebut mempunyai ukuran sesuai dengan spesifikasi, maka produk tersebut dinyatakan “sesuai dengan spesifikasi”.

Di dalam proses pengukuran tadi, terdapat sumber-sumber ketidakpastian pengukuran, sehingga hasil pengukuran pun mempunyai nilai ketidakpastian pengukuran. Maka dalam paradigma terbaru, penilaian kesesuaian (conformity assessment) harus memperhitungkan nilai ketidakpastian dan nilai pengukuran. Suatu produk baru dapat dikatakan “sesuai dengan spesifikasi” jika memenuhi ketentuan:

E + U ≤ T

dengan:

  • E = penyimpangan dari spesifikasi (absolut)
  • U = nilai ketidakpastian pengukuran (pada tingkat kepercayaan 95 persen)
  • T = toleransi untuk produk tersebut (absolut)

Dengan kata lain, nilai ketidakpastian pengukuran harus lebih kecil daripada toleransi yang diberikan untuk produk yang diukur. Idealnya nilai ketidakpastian pengukuran besarnya sepersepuluh dari toleransi, atau dalam kondisi terburuk, nilai ketidakpastian pengukuran diharapkan tidak lebih dari sepertiga toleransi.

Uraian di atas menunjukkan bahwa “toleransi” berkaitan dengan produk yang diukur, bukan dengan alat ukurnya. Untuk alat ukur, VIM (kosakata metrologi internasional) 2008 memberikan istilah maximum permissible error (MPE). Antara MPE dan toleransi memang ada kesamaan makna, tetapi dianjurkan untuk tidak dicampuraduk.

Kembali ke proses di atas, maka seharusnya urutan yang benar adalah:

  • spesifikasi dan toleransi (T1) untuk sebuah produk ditetapkan;
  • pengukuran terhadap produk tersebut dilakukan dengan sistem pengukuran yang mempunyai ketidakpastian pengukuran (U1) cukup kecil dibandingkan toleransi T1;
  • alat ukur yang dipakai dalam sistem pengukuran tersebut dikalibrasi menggunakan sistem kalibrasi yang dapat memberikan nilai ketidakpastian pengukuran (U2) lebih kecil daripada U1;
  • dan seterusnya.

Jadi, pada saat kita akan mengalibrasi alat ukur, harus sudah jelas dulu berapa MPE (bukan toleransi) untuk alat ukur tersebut. Baru kita mengevaluasi ketidakpastian pengukuran dari kalibrasi tersebut, supaya kita bisa menilai apakah ketidakpastian pengukuran tersebut memadai (cukup kecil) dibandingkan MPE-nya.

Ibaratnya, kalau mau mengemudikan sebuah kendaraan, tentukan dulu tujuannya! Jangan mulai menjalankan kendaraan kalau kita belum tahu ke mana tujuannya. “Toleransi objek ukur” adalah tujuan yang ingin dicapai; pengukuran atau kalibrasi alat ukur dan evaluasi ketidakpastian adalah cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Sumber :

http://u.lipi.go.id/1319419519

 

  1. Simpan anak timbangan pada kemasan aslinya (jika tersedia).
    Umumnya anak timbangan dikemas dari pabrik menggunakan kotak yang dirancang untuk menjaga kondisi anak timbangan agar tetap baik. Jauhkan dari debu dan kelembaban yang tinggi.
  2. Hindari memegang anak timbangan dengan tangan secara langsung
    Keringat dan zat lain yang menempel di tangan dapat menimbulkan korosi pada anak timbangan. Sebaiknya gunakan sarung tangan yang halus atau alat bantu yang sesuai (pinset non magnetik
  3. Perlakukan dengan hati-hati. Hindari terjadinya goresan pada anak timbangan.
    Goresan-goresan pada anak timbangan lambat laun dapat membuatnya keluar dari spesifikasi yang ditetapkan. Misal ketika baru dibeli, anak timbangan masih masuk spesifikasi kelas E2. Namun karena penggunaan yang tidak hati-hati , bisa saja nilainya tidak sesuai dengan spesifikasi kelas E2 lagi.
  4. Bersihkan dengan kuas dan kain yang halus.
    Bersamaan dengan proses pembersihan, secara berkala, periksa kondisi anak timbangan apakah terdapat karat, jejak telapak tangan ataupun goresan. Gunakan kaca pembesar jika diperlukan untuk melakukan pengamatan
  5. Jangan membersihkan anak timbangan menggunakan cairan kimia yang keras
    Sebelum kalibrasi, debu dan partikel pengotor harus dibersihkan dengan hati-hati jangan sampai mengubah sifat permukaan dari massa standar. Jika ada kotoran yang sulit dibersihkan maka gunakan alkohol, air destilasi atau solven lainya. Setelah pembersihan harus di stabilkan dalam waktu tertentu. Cairan pembersih yang keras dapat mengikis lapisan luar anak timbangan sehingga nilai massa-nya dapat berkurang dari spesifikasi yang seharusnya.

6. Lakukan kalibrasi anak timbangan secara berkala pada lab. kalibrasi yg terakreditasi
Pastikan laboratorium kalibrasi yang akan melakukan kalibrasi anak timbangan Anda benar-benar kompeten dengan bukti akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN).

      

 

 Sumber :

https://almeganews.wordpress.com

 

Question : Dalam kalibrasi peralatan volumetri diperhitungkan adanya koefisien muai ruang beberapa material  alat volumetri. Apabila kita menggunakan ASTM E 542 ada di tabel X1.3, yang jadi pertanyaan, dari manakah kita bisa mengetahui material peralatan volumetri tersebut?

Answer : Memang betul ASTM E542 mencantumkan beberapa jenis bahan kaca utk alat gelas. Jangan khawatir keliru krn alat gelas pada umumnya jenis kaca soda lime dan borosilikat. Jika boro silikat, maka biasanya tertulis pada dinding alat gelas. Jika polos maka soda lime.
Tidak ada salahnya juga browsing ke website pembuat alat gelas utk lebih pasti atau lihat catalognya.

Question : Sebagian alat gelas kadang menyertakan kode “A” atau “B”, apakah kode tersebut ada kaitannya dengan material pembuatnya?
Catatan: dalam tabel X1.3 ASTM E 542 disebutkan beberapa material:
1. Fused silica (quartz)
2. Borosilicate glass (A)
3. Borosilicate glass (B)
4. Soda-lime glass
5. Polypropylene plastic
6. Polycarbonate plastic
7. Polystyrene plastic

Answer : Masalah grade A dan B tidak terkait dengan bahan dasar, melainkan toleransi.Grade A mempunyai toleransi lebih kecil daripada grade B.

 

Sumber : Forum kalibrasi